Minggu, 06 Desember 2009

Riding Cars with The Boys



Riding Cars with The Boys

Sejak kecil Beverly Donofrio adalah pemimpi yang ahli. Ia dapat memimpikan dengan jelas bagaimana kelak bila ia dewasa. Namun jauh di atas semua itu, dia seorang calon penulis yang berbakat. Malam musim panas tahun 1965 di Wallingford, Connecticut akan menjadi saat paling tidak terlupakan dalam hidupnya. Malam yang merubah seluruh jalan impiannya untuk selamanya. Patah hati karena ditolak cinta oleh pemuda yang paling dikaguminya sejak kanak-kanak di sebuah pesta, Beverly bertemu Ray Hasek. Pemuda yang kurang diketahui asal-usulnya ini tak lama harus menjadi suaminya dalam sebuah acara pernikahan dini yang menyesakkan dada.
Orangtua selalu menjadi penyelamat, bahkan saat anak-anak mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan serta mengecewakan mereka. Pernikahan Bev dan Ray takkan dapat bertahan tanpa campur tangan orangtua Bev karena Ray bukanlah tipe pria bertanggung jawab dan berpikiran dewasa. Selama empat tahun pernikahan, Beverly menelan pahit semua kenyataan bahwa suaminya adalah seorang pria yang tak becus dalam bekerja dan selalu pulang dengan mulut bau alkohol setiap malam. Tapi saat Ray diketahui menjadi pecandu heroin, Bev mulai kehilangan keyakinannya terhadap pernikahan yang ia jalani dan memutuskan untuk bercerai.
Bev, wanita muda yang jadi dewasa karena keadaan juga adalah seseorang yang memiliki ambisi dan cita-cita. Yakin dengan bakat terpendamnya semenjak dia menulis surat yang sangat menyentuh saat mencoba memberitahu kehamilannya pada usia limebelas tahun pada orangtuanya, Bev bercita-cita menjadi penulis. Ia menginginkan rumah juga kehidupan yang lebih layak bagi putranya dan dirinya sendiri. Karena hampir tak dapat diyakini bahwa Ray akan berubah, Jason yang sangat mencintai ayahnya terpaksa harus mengucapkan salam perpisahan yang menyakitkan di suatu malam. Kaki kecilnya berlari mengejar Ray tanpa daya dalam tangis dan kecewa. Di tengah keputusaan memulai hidup tanpa Ray, Bev berusaha meyakinkan Jason bahwa kepergian Ray adalah yang terbaik. Dan mengejar impian bagi Bev tak semudah membayangkannya. Bev menghadapi begitu banyak tantangan yang datang dari dalam dan luar dirinya.
Tanpa disadarinya, Bev mengganggap Jason, putranya, sebagai sebuah kesalahan dan halangan dalam hidup. Kesalahan pertama yang terekam Jason adalah kegagalan Bev mendapatkan beasiswa ke New York University. Kerja keras pada siang hari sebagai pelayan di sebuah restoran cepat saji, pengurus tunggal putranya, dan belajar pada malam hari bukanlah sesuatu yang akan membuat tertarik pemberi beasiswa manapun. Bev harus belajar untuk menerima nasibnya atau ia akan terkubur hidup-hidup. Dalam keputusasaan ia dan putranya bertekad melanjutkan hidup dan menyelesaikan apa yang telah ia mulai. Jason tumbuh menjadi pemuda tampan dan pandai serta normal. Setidaknya itulah yang bisa diharapkan Bev, tetapi tidak Jason. Selama bertahun-tahun Putranya menyimpan semua kenangan pahit keretakan keluarga juga penolakan Bev atas dirinya.
Jason yang berumur duapuluh tahun merasa tersiksa karena tak dapat melepaskan diri dari bayang-bayang ibunya. Perasaan bersalah menggantung rendah di dadanya hingga membuatnya tak kuasa untuk memberitahu Bev bahwa ia ingin memilih jalan hidupnya sendiri. Tinggal di Eropa dan belajar di Wina Austria alih-alih menyelesaikan studi di NYU seperti mimpi Bev untuk dirinya, mimpi yang selama ini gagal diraih Bev. Pagi yang beku di New York City tahun 1986, mimpi Bev menjadi penulis nampaknya akan menemukan cahayanya. Ia akan menerbitkan buku yang diangkat dari kisah nyata hidupnya sendiri. Namun masih ada sebuah hal yang mengganjal, satu izin yang belum ia selesaikan atas nama Ray menyangkut keberadaannya di dalam tulisan Bev. Tantangan datang sekali lagi dalam hidup Bev dan Jason karena meyakinkan diri bahwa mereka ingin bertemu Ray setelah bertahun-tahun sangatlah tidak mudah. Pertemuan dengan Ray membuka semua tabir luka dan kecewa yang masing-masing tersimpan dalam hati mereka. Jason dengan ikhlas menerima semua fakta tentang ayahnya dan menjelaskan bagaimana perasaannya pada ibunya selama ini sementara Bev larut dalam kepedihan serta derai air mata.
Film ini layak ditonton oleh siapa saja (tentu saja anak-anak harus dengan bimbingan orang tua). Dimainkan dengan sangat apik oleh Drew Barrymore (Bev) sang aktris walk of fame dan Adam Garcia (Jason), Riding Cars with the Boys menyentuh dan memberi pelajaran paling berharga akan arti orang-orang dekat dalam hidup kita, kedewasaan, dan tentang mimpi yang memungkinkan kita untuk terus berjuang menuju hidup yang kita inginkan.


Tips menonton: Film ini menggunakan alur maju-mundur, jadi di beberapa bagian perlu pengamatan terhadap catatan tahun dan tempat supaya anda tidak tertukar merangkaikan adegan serita lalu menjadi bingung.

**** Kisahnya penuh pelajaran berharga, akting Drew Barrymore sudah sangat terasah sekali (Memuaskan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar