Kamis, 17 Desember 2009

Jeff Arch


Aku sudah setengah jalan mengetik naskah sesuai aslinya sebelum sadar kalau mungkin aku akan bermasalah dengan hak paten, maka ku putuskan untuk menghapus yang ada dan memulainya dari sudut pandangku sendiri. Kisah nyata tentang seseorang yang tak pernah ku kenal tapi salah satu hasil tulisannya sangat ku kagumi. Penulis naskah film Sleepless in Seattle, salah satu film drama komedi romantis terbaik yang pernah kutonton, dan aku sama sekali tidak menyangka kalau akan membaca kisahnya dari buku Chicken Soup for the Writer’s Soul yang kubeli. Ini salah salah satu kisah mengagumkan yang paling ku sukai dari buku itu dan aku ingin membaginya bersama kalian. May you like it too..!


Jeff Arch
Penulis naskah film drama komedi romantis paling terkenal sepanjang masa Sleepless in Seattle, Jeff Arch, tidak memulai karir menulisnya di bidang film secara mulus. Memerlukan waktu hampir seumur hidup ditambah delapan tahun usaha tanpa henti baginya untuk menghasilkan suatu naskah film yang box office serta melambungkan namanya itu. Suatu kebangkitan yang muncul dari sebuah keterpurukan yang dalam serta penuh keputusasaan.
Meskipun merasa yakin bahwa ia telah berada pada jalur yang tepat dalam hidupnya dengan menjalani karir sebagai seorang penulis naskah film dan drama, Jeff dihantui krisis kepercayaan diri yang besar terhadap karya-karya yang ia hasilkan. Ia menganggap keputusannya untuk melakukan pembukaan pementasan dramanya di New York pada bulan Juni tahun 1985 adalah terlalu berani. Sejak awal dia sudah tahu kalau pertunjukkan itu akan gagal dan resensi dari para kritikus di koran-koran yang ia baca juga tidak menambah baik perasaannya terhadap apa yang terjadi. Sebagian dirinya tak dapat menerima kritikan kejam mengerikan semacam itu. Meskipun dari luar ia nampak optimis, tapi itu hanyalah suatu kepura-puraan di depan keluarga, kolega, serta relasinya, jauh di dalam Jeff menemukan hatinya hancur.
Selama beberapa waktu kemudian Jeff berusaha menilik ulang semua hal yang telah dia lakukan; semua usaha kerasnya, setiap pengorbanannya, seluruh perjuangannya selama dua tahun demi menghasilkan tulisan yang benar-benar bagus untuk dipertunjukkan kini sia-sia, tak ada yang dihasilkan kecuali rasa lelah, derita, dan kecewa. Ia harus memilih apakah akan terus di jalur ini ataukah mencari hal lain sebagai ganti bagi kehidupannya dengan seorang istri dan seorang anak perempuan berumur empat bulan yang perlu diberi makan, Jeff tak tahu bagaimana harus memberitahu mereka tentang kegagalannya. Ia berpikir untuk mencari sesuatu yang lebih nyata.
Selama bekerja Jeff melakukannya bersama seorang teman yang telah ia kenal semenjak kuliah yang sama terpukulnya seperti dia. Saat mereka berada di sebuah restoran tempat pesta paska pertunjukkan diadakan, tiba-tiba Jeff berkata lirih pada temannya, “Ini adalah hadiah,” yang ditanggapi temannya dengan penuh ketakpercayaan. Dia menyarankan agar mereka melepaskan semua yang telah mereka perjuangka, namun Jeff menolak untuk melakukannya. Jeff telah mulai berpikir positif tentang apa yang terjadi.
Dia berpikir bahwa tulisan-tulisan serta pertunjukkan drama yang telah ia hasilkan seumur hidupnya tidaklah salah, yang salah adalah dirinya. Ada sesuatu yang tidak beres dengannya saat itu yang menuntut untuk dibereskan. Di usia tigapuluh tahun ia menyadari bahwa ketidakbahagiaannya selama ini mempengaruhi setiap hal yang dia kerjakan, dan itu membawa dampak negatif di mana keberhasilan pergi menjauhinya. Ia mulai mencari tahu akar masalah dan berjanji pada dirinya sendiri akan berusaha untuk mengubah keadaannya menjadi lebih baik. Malam itu Jeff mulai memandang kegagalannya bagai sebuah koin yang cuma separuh, sedangkan separuhnya lagi harus ia ciptakan sendiri.
Dengan penuh keyakinan hati, Jeff berusaha memulai semuanya dari awal lagi, meskipun itu akan memerlukan waktu yang lama. Dan kemudian apapun yang terjadi, baik atau buruk, ia akan tetap merasa bahagia karena telah menyelesaikannya. Itulah yang pada akhirnya akan menjadi hadiah yang dimaksud Jeff.
Musim panas tahun 1993 pun tiba. Jeff kembali ke New York, hampir persis di tempat yang sama saat dia membaca resensi mengerikan tentang pertunjukkan dramanya delapan tahun lalu. Dia datang atas undangan untuk menjadi pembicara di sebuah kelas film dengan ratusan peserta yang menyambutnya penuh antusiasme. Mereka semua terpukau dengan keberhasilannya, bahkan Jeff lebih terpukau lagi pada orang-orang yang banyak itu.
Naskah film yang telah dibuat Jeff mengguncang AS pada tahun 1993. Sleepless in Seattle, sebuah film yang belum pernah dibuat sebelumnya, kisah menyentuh tentang dua tokohnya yang tak pernah bertemu sebelumnya kecuali pada bagian akhir adegan. Diperankan oleh aktor kawakan Tom Hanks dan Aktris papan atas Meg Ryan dengan sangat memikat.
Seperti yang di katakan Jeff tentang film tersebut kepada para audiens yang antusias, “Tidak ada senjata, tidak ada kekerasan, tidak ada seks, tidak ada kejar-mengejar mobil, tidak ada bahasa kasar, tidak ada penjahat. Kami telah melanggar semua aturan, dan orang-orang datang berbondong-bondong.”
Jeff telah melengkapi kekurangan dari sisi separuh koinnya delapan tahun lalu. Itu adalah sebuah perayaan cinta bagi Jeff yang tidak pernah melupakan untuk memenuhi janji pada dirinya sendiri atas apa yang harus ia lakukan.
“Aku memberi diriku sendiri sebuah hadiah,” katanya.
Kini kita dapat memahami bahwa sebuah karya tulis yang dihasilkan dengan hati yang tulus dan jujur akan selalu memancarkan suatu keyakinan yang tidak hanya menyentuh kehidupan penulisnya tapi juga kehidupan orang lain. Itulah sebabnya kenapa Sleepless in Seattle begitu sukses luar biasa.


To you who’s struggling of being a writer or whatever you want to be, do not ever let the fear stop you to fight. Let your dream go and on and on then you’ll be amazed on how time has brought you there, something that beyond your imagination. Keep fighting.

The Curious Case of Benjamin Button


The Curious Case of Benjamin Button



Diangkat dari kisah pendek memukau milik penulis hebat dan ternama Amerika, F. Scott. Fitzgerald yang juga menulis The Great Gatsby, The Curious Case of Benjamin Button mengisahkan perjalanan hidup luar biasa dari seseorang yang dilahirkan dengan keistimewaan seumur hidupnya, Benjamin Button (Brad Pitt). Lahir di masa-masa sulit AS dari seorang Ayah pengusaha pemilik pabrik pembuat kancing Button’s Button’s. Tidak seperti kebanyakan bayi-bayi normal pada umumnya, Benjamin bukanlah seorang bayi mungil yang lucu dan menggemaskan. Kematian ibunya setelah melahirkannya, menambah daftar tragis dari kehadiran bayi ini ke dunia, juga tak lama kemudian terjadi hal paling menyakitkan dari semua yakni penolakan ayahnya terhadapnya. Benjamin Button bayi dilahirkan dalam keadaan fisik seperti seorang manula dengan kulit yang keriput dan kendur. Siapapun mungkin alan berpikir bahwa ia telah kena kutuk.
Segera setelah dilahirkan Benjamin langsung dibuang oleh ayahnya yang putus asa sekaligus shock, Thomas Button (Jason Fleyming), dan diletakkan di tangga teras sebuah panti Jompo. Queenie (Taraji P. Henson), salah satu pengurus di rumah jompo awalnya terkejut saat melihatnya, namun karena insting keibuan serta kasih sayangnya yang besar maka ia mengangkat Benjamin sebagai anaknya tanpa syarat. Queenie merawat Benjamin dengan penuh kesabaran dan cinta, Benjamin memanggilnya Mama. Ia diterima dengan sangat baik oleh para penghuni panti yang seluruhnya adalah para lansia yang mengganggapnya tidak jauh berbeda dengan mereka.
Dia tumbuh dengan mempelajari hal-hal baru, hampir normal layaknya anak-anak seusianya; bertambah tinggi, tumbuh rambut dan gigi, serta semakin mandiri meskipun fisik yang menipu mengatakan kalau ia adalah pria renta. Benjamin belajar bagaimana caranya makan, minum, bicara, berjalan, bermain piano bersama para lansia sahabatnya Tahap pertumbuhan Benjamin berbalik arah dari kebanyakan manusia normal. Secara fisik ia berkembang dengan menjadi semakin muda. Kemudian ia bertemu dengan Daisy Fuller yang cantik dan periang (Cate Blanchett), cucu salah seorang penghuni di rumah jompo tempatnya tinggal. Mereka menjadi teman baik dan berbagi banyak hal sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Waktu membawa Benjamin remaja bertemu dengan Thomas Button yang tidak lain adalah ayahnya. Saat itu Thomas belum siap memberitahu anak laki-laki itu tentang siapa dirinya dan lebih memilih menjadi salah satu teman bagi putranya. Tak lama berselang Benjamin merasa bahwa ia telah cukup siap untuk bekerja, pergi meninggalkan rumah tempat ia dibesarkan dan berkelana mengarungi samudra bersama seorang kapten sebuah kapal yang juga adalah temannya. Sebelum berpisah Daisy memberitahu bahwa Benjamin harus selalu mengiriminya kartu pos di manapun ia berada dan apapun yang terjadi.
Lama kemudian Benjamin kembali bertemu dengan Thomas yang telah tua dan sakit-sakitan. Pria itu memperlihatkan pada Benjamin rumah serta pabrik pembuat kancingnya, menceritakan tentang sejarah keluarganya setelah memberitahu Benjamin bahwa ia adalah ayah yang telah membuangnya sebelum meminta maaf. Thomas mewariskan semua kekayaannya kepada Benjamin setelah ia meninggal dalam perawatan putranya. Tak lama berselang Benjamin harus pergi lagi untuk mengejar petualangan.
Bertahun-tahun kemudian ia kembali, semakin tinggi, tegap, tampan, dan dengan kerutan yang jauh sangat berkurang. Daisy juga semakin dewasa, dan telah menjadi seorang balerina yang memesona. Selama bertahun-tahun, Daisy telah menjadi cinta pertama sekaligus cinta terakhir bagi Benjamin. Namun terkadang segala sesuatu tidak persis seperti yang kita bayangkan. Seiring kedewasaan maka merekapun memiliki kehidupan masing-masing. Daisy menikmati hidup glamor dari profesinya di dunia balet, ia juga memiliki seorang kekasih.
Suatu hari Benjamin mendapatkan telepon yang mengabarkan bahwa Daisy mengalami kecelakaan yang parah. Sebuah mobil telah menabrak orang yang paling ia cintai. Walau akhirnya Daisy sudah dapat berjalan kembali secara normal, kecelakaan itu menyebabkannya takkan pernah bisa meneruskan karir dengan menari balet, sebaik apapun kesembuhannya dan sekuat apapun ia berlatih. Dalam keputusasaan, Benjamin selalu menjadi orang pertama tempat Daisy kembali dan menemukan cinta.
Beberapa tahun hidup bersama akhirnya bayi Caroline hadir ke dunia mereka. Ia begitu cantik dan normal, sesuatu yang jauh dari bayangan Benjamin bahwa bayinya akan seperti dirinya. Di saat yang sama ini menjadikan Benjamin bimbang, ia khawatir takkan mampu menjadi ayah yang bisa merawat, menjaga, serta membesarkan Caroline dengan baik. Meskipun Daisy telah berusaha mencegahnya sekuat tenaga, Benjamin tetap memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka serta berpesan pada Daisy agar mencari ayah pengganti yang sangat normal bagi Caroline. Ia pergi berkelana hingga ke India, mengirimkan begitu banyak kartu ucapan selamat penuh pesan di setiap ulang tahun Caroline yang disembunyikan Daisy hingga putrinya dewasa. Tigabelas tahun menjelang, Benjamin pulang untuk mengetahui kabar Daisy dan melihat putrinya yang telah tumbuh remaja. Sesuai harapan Benjamin, Daisy menikah dengan seorang pria baik bernama Robert, yang mencintainya dan mencintai putrinya.
Tahun-tahun setelah Robert meninggal, Daisy mendapat telepon mengenai keberadaan Benjamin yang ditemukan oleh petugas pengawas kesejahteraan anak-anak New Orleans. Selama beberapa waktu Benjamin tinggal di bawah reruntuhan sebuah rumah dengan kesehatan yang sangat buruk. Ia tak lagi ingat siapa dirinya, orang-orang yang telah dikenalnya, atau di mana ia berada. Secara umur Benjamin semakin tua walau secara fisik semakin muda, Daisy menemukan Benjamin remaja yang tak ingat pernah mengenalnya. Tak ada yang mampu bertahan selamanya kecuali Tuhan. Waktu terus berjalan membawakan nampan ketakberdayaan pada Benjamin yang fisiknya berubah menjadi anak-anak, Daisy membawanya pulang ke rumah dan menghabiskan hari demi hari untuk merawat Benjamin bagaikan seorang ibu, hingga akhirnya Benjamin pergi dalam pelukannya sebagai seorang bayi. Bagaimanapun juga Benjamin adalah manusia, ia dapat lari dari apapun juga tapi waktu akan selalu berjalan mengiringinya.


***
Jelas sekali F. Scott Fitzgerald telah menulis sebuah kisah yang jenius dan luar biasa. Ia mencoba membawa kita untuk melihat sisi lain perjalanan dan pengalaman hidup manusia seperti Benjamin yang melihat hidupnya dari sudut pandang keistimewaan fisik. Ia membuat kita memahami bahwa mereka yang memiliki kekurangan secara fisik. Tapi bahasa tetaplah bahasa, ia adalah suatu sebutan verbal, di luar itu mereka sama normalnya seperti manusia layaknya. Punya kehidupan, punya cinta, punya cita-cita, punya ketakutan, punya semangat, dan punya cerita yang sama menyentuhnya seperti orang lain. Benjamin yang optimis di saat yang sama juga dapat anda temukan sebagai seorang pesimis. Benjamin yang dalam ketenangannya menyembunyikan banyak hal.
Menggunakan alur maju mundur walaupun tidak terlalu kentara. Anda akan tersentuh dengan cara film ini dinaratori oleh Brad pitt sebagai Benjamin. Ia juga mengisi suara Benjamin muda dan Benjamin tua sendiri, memukau bagaimana Tuan Pitt berhasil melakukannya sehingga terdengar begitu alami. Para bintang lain juga bermain sangat hebat. Dalam wawancara dengan Oprah Whinfrey pada tahun 2008, Blanchett membenarkan bahwa dia khusus mempelajari balet secara serius untuk perannya sebagai Daisy. Sedangkan Henson berhasil memukau Fincher tanpa audisi apapun sebagai Queenie.
David Fincher sang sutradara yang perfeksionis telah berhasil menterjemahkan naskah ini ke dalam bentuk film dengan sangat baik (Gak bisa ngasih komen lebih besar dari ini). Visual efek yang diciptakan untuk menghasilkan tokoh Benjamin yang persis seperti imajinasi Fitzgerald digarap secara serius, hampir sempurna. Latar belakang tempat dan waktu juga tidak kalah, mampu menangkap secara tepat setiap hal yang berhubungan dengan perubahan di tiap era seperti kondisi, fashion, tekhnologi, bangunan, dan lain-lain, dimulai dari dekade tahun duapuluhan, sampai terakhir di tahun duaribuan. Betapa Benjamin hidup menembus berbagai perubahan zaman.
Kalau anda menonton kaset aslinya, ada bonus track behind the scene dari film ini yang akan memberitahu anda apapun selama proses penggarapan. Jadi saran penulis; beli yang asli atau kalau tak mampu/mau beli, pergi ke rental film resmi seperti saya , bisa juga menonton gratis dengan berlangganan TV kabel yang menyediakan channel HBO seperti teman saya dan tunggu kapan filmnya ditayangkan lagi :P, karena film ini sudah sangat kelewat masa bioskopnya. Anda yang menyukai film drama dan belum pernah nonton TCCOBB tidak akan menyesal memasukkan judul ini dalam daftar film yang pernah anda tonton.

***** Bintang lima karena sangat memukau

Minggu, 06 Desember 2009

Kita bukan menjadi sahabat kecuali mencoba menjadi sahabat

Kita bukan menjadi sahabat kecuali mencoba menjadi sahabat

Kita tidak pernah saling menyayangi, kecuali selalu berusaha menyayangi
Kita tidak pernah saling menghargai, kecuali selalu berusaha untuk menghargai
Kau dan Aku takkan sekalipun sama-sama mengerti, kecuali mencoba menjadi pengertian setiap saat
Kau dan aku bahkan enggan sama-sama menerima, kecuali mencoba menyesuaikan setiap waktu...

Beginilah cara hati kita ditautkan
Momen-momen yang penuh dengan pemahaman
Beginilah kasih sayang kita dianyam
Di atas rumitnya cinta dan penghormatan
Beginilah persahabatan kita dibuat
Usaha yang takkan mengenal kata habisnya...

Mencoba menjadi sahabat adalah perjalanan tanpa henti kita
Melelahkan, tapi bersamamu membuatnya mudah
Mencoba menjadi sahabat adalah labirin ujian kita
Menyulitkan, tapi denganmu menjadikannya lapang
Kita tak mau jadi sahabat kecuali mencoba menjadi sahabat sepanjang waktu
Karena setelah menjadi sahabat semua bisa berakhir, tapi mencoba menjadi sahabat adalah selamanya
Dan dengan cara ini ia bertahan...


Especially to Nina and whole of my best friends ever, who’s been walking with me understanding this process.

****************************************************************************************
To my entire best friends whom I love them so much; Thank you for being such important parts of my life. One of them is the very best friend ever on earth. Plenty of them share craziness with me. A few of them hold trust on me. In a small group of these people dream the same dream as I do. A lot of them together with Allah always love me unconditionally. Two or more of them cheer me up by their wise.
I <3 U
*~Nina, Memey, Erline, Pikri, Potter, Irma, Sam, Isna, Ninis, Aspi, Idah, Mada, Kak Aina~*
****************************************************************************************










Menjadi sahabat adalah proses seumur hidup (A lifetime process)

Membaca tulisan Isna Izama Hilmi “The Ultimate Friendship” membuatku mengingat kembali tentang perasaanku sendiri. Betapa bertahun-tahun aku berusaha memahaminya. Bagaimana persahabatan itu ada dan terjadi. Ku kira setelah memenangkan hati sahabatku maka proses itu selesai sudah, tapi aku salah dan aku banyak melakukan kesalahan. Justru inilah saat-saat dimulainya hal yang bernama “persahabatan”.
Ketika kau telah menjadi sahabat bagi orang lain, itu bisa menjadikanmu seorang momok*, momok yang membuatmu kehilangan kendali akan siapa kau dan siapa sahabatmu sebenarnya. Sahabat-sahabat adalah antar individu dan jiwa yang berbeda. Apapun yang terjadi ia takkan pernah sama atau benar-benar menyatu. Ada suatu jarak yang disebabkan oleh ego-ego* pribadi bernama privasi* yang meminta kita untuk membuat batasan-batasan. Inilah sebabnya kenapa dia disebut demikian sakral dan agung “persahabatan”, sesuatu yang memerlukan pemahaman yang dalam, mungkin juga intelegensia. Sesuatu yang nampaknya tak boleh jauh-jauh dari kesuciannya yang punya daya merekatkan individu-individu. Karena ada selalu ada usaha tanpa henti untuk menjadikannya baik dan indah bahkan saat kerumitan muncul.
Dibutuhkan alasan-alasan atau bahkan tidak sama sekali untuk mencintai sahabat-sahabat kita. Tapi selalu ada alasan-alasan untuk harus menghormati dan menghargai mereka. Inilah yang seringnya kita abaikan lalu melupakan sampai batasan mana kita dapat masuk ke dalam dunia sahabat-sahabat kita. Karena persahabatan itu seringnya hancur sebab hilangnya penghargaan, sebab sikap kita yang memperlakukan sahabat layaknya tawanan perang*.
Sahabat-sahabat datang dan pergi, ada yang kembali, atau hilang sama sekali. Beberapa diantara mereka bahkan telah salah kita artikan sebagai sahabat. Semakin erat nilai hubungan yang terjalin, maka semakin besar pula ego yang mengendalikan persahabatan ini. Disinilah proses penting itu bagi kita. Menjadi sahabat bisa mengantarkan kita pada ego; sikap suka ikut campur, ingin tahu segala hal, berhak memutuskan atau tidak, membuat penilaian, menentukan standar, menimbang benar-salah, mengukur baik-tidak, menjadi pahlawan di siang bolong, sampai menciptakan kloning diri kita dengan beragam paksaan terhadap sahabat karena ego telah berkuasa dalam lingkaran apinya. Mencoba menjadi sahabat adalah perihal yang berbeda dengan menjadi sahabat. Dengan begini kita akan selalu menjadi seseorang yang berusaha menjaga hati sahabat-sahabat kita setiap saat. Itulah sebabnya kenapa persahabatan adalah suatu proses seumur hidup dalam mencintai, memahami, menerima, serta menyesuaikan antar satu dengan lainnya.
Sahabat datang seperti sebuah kejutan, begitu didapatkan harus dijaga apik-apik, mereka adalah kado-kado terindah dari Tuhan. Dan ini tentang adaptasi dua arah seumur hidup kita selama terus berinteraksi. Berusaha membuat sahabat kita merasa bahagia tidak akan menjadi sesuatu yang penting tanpa berusaha membuat mereka merasa berharga terlebih dahulu. Dan persahabatan bukan tentang materi, bukan tentang fisik, bukan tentang genetic, bukan tentang isme, apalagi simbiosis mutualisme. Persahabatan yang agung adalah tentang jiwa dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Persahabatan itu seperti keramik China dan kristal Perancis, ia begitu indah sekaligus begitu rapuh.

Nurul Sutarmaji Khaliq
November 4th 2009 - 07:35 pm

The Holiday


The Holiday

London, Iris Simpkins dimainkan oleh pemeran The Eternal Sunshine of the Spotless Mind (Kate Winslet), wanita cerdas sekaligus tertutup yang selama tiga tahun berselang Iris jatuh cinta setengah mati (desperately in love) pada pria plin-plan yang tak tahu bagaimana cara menghargai dirinya, Jasper Bloom (Rufus Sewell), yang notabene adalah salah satu kolega. Sementara itu Amanda (Cameron Diaz) adalah seorang wanita mapan pemilik perusahaan periklanan film di Hollywood yang punya sifat periang dan terbuka (lihat betapa kontrasnya). Keduanya disatukan oleh permasalahan yang sama akibat kecewa pada orang-orang yang mereka cintai.
Di sebuah pesta kantor menjelang liburan natal, Iris mendapat kejutan pahit dari editornya sendiri yang membuat pengumuman tentang pertunangan Jasper dan Sarah, perempuan lain yang juga dikencani Jasper saat mereka masih bersama
(For God shakes). Di belahan barat bumi lainnya, Amanda Woods mendapati kekasihnya, Ethan (Edward Burns), berselingkuh dengan resepsionisnya sendiri (What a man!!).
Iris yang cengeng menangisi Jasper sepanjang malam setelah melewati pesta dengan seteguh hati, sementara Amanda berusaha keras menitikkan airmata atas kepergian Ethan namun gagal. Dalam keadaan linglung keduanya memutuskan untuk melakukan liburan di tempat yang jauh demi menenangkan diri dan mencari semangat baru. Iris dan Amanda bertemu lewat sebuah situs liburan yang menawarkan untuk saling bertukar rumah. Iris akan berlibur di rumah Amanda yang terletak di Beverly Hills, Hollywood. Dan Amanda yang mencari kesunyian akan tinggal selama dua minggu di rumah Iris di sebuah desa kecil bagai dongeng dalam tulisan-tulisan Shakespeare di Surrey, Inggris (walau saya lebih suka seperti di novel Jane Austen coz belum pernah baca tulisan Shakespeare jadi gak ngerti).
Seperti dialog dalam film ini “Anything can happen”, apapun bisa terjadi. Niat dan tujuan terkadang bisa saja berubah karena beberapa hal dan kejutan cinta dalam hidup itu bisa datang kapan saja, pada orang yang sangat asing, tak terduga, dan berada di tempat yang sangat jauh sekalipun. Selama liburannya Iris bertemu dengan Arthur Abbot (Eli Wallach), pria lanjut usia pensiunan penulis naskah film yang sangat terkenal di Hollywood dan Miles (Jack Black), seorang komposer film muda yang punya kepribadian hangat dan romantis. Wanita Inggris yang ramah dan baik namun patah hati ini akhirnya memikat hati Miles untuk berteman dengannya dan bersama mereka menjadi sahabat baik Arthur. Dengan Miles, Iris menemukan sisi humorusnya yang terpendam dan Arthur membantunya memahami dirinya dengan menyarankan Iris menonton film-film drama romantis lama.
Saat menemani Iris di toko video suatu malam, Miles melihat kekasihnya, Maggie, tengah berselingkuh dengan orang lain. Iris yang lembut dan sensitif menjadi kawan penuh pengertian karena ia juga tengah menghadapi masalah yang sama. Iris menceritakan masalahnya pada Miles yang malah balik menghiburnya. Sayangnya, romantisme yang mulai menghinggapi mereka harus terganggu dengan kedatangan Jasper ke Amerika untuk menemui Iris dan permintaan Maggie untuk kembali pada Miles. Nampaknya tak ada yang bisa merusak kebahagiaan Iris kecuali fakta bahwa Jasper masih menjadi tunangan Sarah. Tapi momen ini membangkitkan kesadaran Iris atas apa yang telah dia lakukan terhadap hidupnya sendiri. Ia memutuskan untuk tidak lagi bersikap membodohi diri sendiri dan menjadi wanita yang kuat, yang harus bisa melepaskan Jasper dan memulai hidup baru. Di sisi lain, Miles juga melakukan hal sama. Dia menginginkan wanita baik-baik yang tulus mencintainya, bukan wanita yang hanya kembali padanya setelah dicampakkan seorang selingkuhan.
Berada di Surrey memperkenalkan Amanda pada Graham, kakak Iris yang menjadi editor buku, diperankan penuh pesona oleh aktor tampan Jude Law. Amanda yang cantik plus sangat ekstrovert dan Graham yang bertipikal womanizer akhirnya terlibat dalam nuansa romansa yang rumit (Unbelievable! Did I say that ‘nuansa romansa’?, hopes won’t hear too Kuch-kuch Hota Hai). Amanda sama sekali tidak ingin terlibat hubungan dengan pria manapun karena keberadaannya di Inggris hanyalah untuk sementara, namun Graham adalah subjek yang terlampau memesona untuk dilewatkan meskipun hubungan mereka diwarnai pasang surut selama dua minggu bersama. Romansa tanpa komitmen serius ini semakin sulit saat Graham menyadari bahwa ia sungguh-sungguh jatuh cinta pada Amanda sekaligus terlalu takut mengakui status dudanya dengan dua anak perempuan secantik malaikat, ia takut Amanda tak dapat menerimanya. Dan bagian akhir bagi dua pasangan ini dapat anda tebak sendiri.
Film ini tentang beberapa orang yang memiliki kepribadian, cara hidup, juga sudut pandang yang berbeda tentang cinta, tentu saja ini adalah film drama komedi romantis antar bangsa.
Terkadang saat menghadapi masalah kita membutuhkan waktu sebentar untuk rehat menenangkan diri dan berpikir dengan jernih. Makna film ini adalah bahwa sesulit apapun kehidupan yang kita jalani, kebahagiaan serta kelayakan atas cinta yang baik adalah hak kita. Namun untuk menjadi bahagia atau tidak itu merupakan pilihan karena sikap kitalah yang menentukan.
Kate Winslet menjadi narator yang memukau di bagian intro film, banyak kata-kata bijak terutama soal cinta yang diambil dari tulisan Shakespeare. Musik bagian intro juga sangat manis dan meyakinkan kita kalau keseluruhan musik di film ini digarap dengan sangat apik (Ingat pertama kali nonton The Importance of being Ernest). Musiknya mencerminkan kepribadian, semangat, dan suasana yang dihadapi tokoh-tokohnya dimana secara kebetulan tokoh Miles oleh Jack Black adalah seorang komposer yang tahu banyak tentang musik film. Setting of placenya juga tidak mengecewakan, khususnya gambar-gambar yang diambil di Inggris. Nuansa alam pedesaan Inggris yang kental bisa dicaptured dan disimpan sebagai wallpaper di komputer.
Harus diakui bahwa kisah di beberapa bagian film ini agak datar. Tentu saja bukan karena akting pemainnya. Misalnya, bagian yang menceritakan antara Amanda dan Graham (terutama) seperti berputar disitu-situ saja, plus bonus adegan berlarian di taman kelewat India (Zighh!). Tapi rangkaian kisah antara Iris dan Miles (mungkin juga coz lebih dekat dengan cerita saya sendiri. Hueks...!) plus Arthur menurut sangat menyentuh. Mengajarkan kebaikan hati itu adalah pesona luar biasa dari manusia. Darisini bisa dilihat kalau ada dua pendekatan dalam cinta (I please you to think on your own) meskipun menurut acara “Naked Science” keduanya berhubungan.


Bagian-bagian Pendapat pribadi penulis:

Menurut aku sih Kate Winslet cocok banget meranin tokoh Iris yang sensitif dan sentimentil. Jelas terbukti kalau Winslet selalu berhasil menghayati tokohnya dengan baik kayak di film Titanic sama DiCaprio atau beradu akting sama aktor hebat Johny Deep dalam Finding Neverland.
Aku juga gak nyangka kalau bisa sejatuh cinta ini sama tokoh Milesnya Jack Black (I never really count on him before). Memang perannya gak terlalu jauh dengan tokohnya di film School of Rock kecuali keurakannya yang digantiin sama sikap gentle, respectful, setia, dan punya sense of humor yang bagus dari Miles (lots of women must want such an intelligence and sweet humorist guy like Miles, Ahh...). Disini dia gak cuma akting doank tapi juga main musik.
Cameron Diaz cocok sebagai Amanda tapi keliatannya gak beda-beda amat sama kebanyakan film-film yang dia mainkan (tipikal sassy girl walau gak semua sih. Tapi film My Sister’s Keeper berbeda). Jude Law sangat tak terkatakan (Agagagh... :P), physically enchanting (baru disini aku sadar kalo dia tinggi and very British).

(Sinopsis ini kerasa agak datar bahkan datar banget kayaknya. Pas nulisnya agak2 kecapean, tapi coz harus cepet selesai sblm kasetnya dikembaliin, jadi ngebut. Memang harus diedit lagi).
Special buat mbak Lien, mudahan suka .

Tips menonton: Dalam film ini banyak alih kode (bahasa kalee..) atau pindah dari satu fokus cerita ke fokus cerita lain (Misalnya, dari adegan di Amerika lalu Inggris). Karena plotnya yang agak datar, jadi menontonnya seperti melihat pemandangan Surrey di pagi hari dari balik kabut (maaf, bingung harus makai ungkapan apa). Keindahannya memang tidak terlalu jelas, tapi kalau anda jeli maka bisa menangkap makna dari setiap momen (especially leading way between Iris and Miles).

*** Bintang tiga lebih cocok untuk film ini coz akting Kate Winslet dan Jack Black yang memikat. (Apa namanya beneran Jack Black, kedengarannya kayak kartu remi).

Riding Cars with The Boys



Riding Cars with The Boys

Sejak kecil Beverly Donofrio adalah pemimpi yang ahli. Ia dapat memimpikan dengan jelas bagaimana kelak bila ia dewasa. Namun jauh di atas semua itu, dia seorang calon penulis yang berbakat. Malam musim panas tahun 1965 di Wallingford, Connecticut akan menjadi saat paling tidak terlupakan dalam hidupnya. Malam yang merubah seluruh jalan impiannya untuk selamanya. Patah hati karena ditolak cinta oleh pemuda yang paling dikaguminya sejak kanak-kanak di sebuah pesta, Beverly bertemu Ray Hasek. Pemuda yang kurang diketahui asal-usulnya ini tak lama harus menjadi suaminya dalam sebuah acara pernikahan dini yang menyesakkan dada.
Orangtua selalu menjadi penyelamat, bahkan saat anak-anak mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan serta mengecewakan mereka. Pernikahan Bev dan Ray takkan dapat bertahan tanpa campur tangan orangtua Bev karena Ray bukanlah tipe pria bertanggung jawab dan berpikiran dewasa. Selama empat tahun pernikahan, Beverly menelan pahit semua kenyataan bahwa suaminya adalah seorang pria yang tak becus dalam bekerja dan selalu pulang dengan mulut bau alkohol setiap malam. Tapi saat Ray diketahui menjadi pecandu heroin, Bev mulai kehilangan keyakinannya terhadap pernikahan yang ia jalani dan memutuskan untuk bercerai.
Bev, wanita muda yang jadi dewasa karena keadaan juga adalah seseorang yang memiliki ambisi dan cita-cita. Yakin dengan bakat terpendamnya semenjak dia menulis surat yang sangat menyentuh saat mencoba memberitahu kehamilannya pada usia limebelas tahun pada orangtuanya, Bev bercita-cita menjadi penulis. Ia menginginkan rumah juga kehidupan yang lebih layak bagi putranya dan dirinya sendiri. Karena hampir tak dapat diyakini bahwa Ray akan berubah, Jason yang sangat mencintai ayahnya terpaksa harus mengucapkan salam perpisahan yang menyakitkan di suatu malam. Kaki kecilnya berlari mengejar Ray tanpa daya dalam tangis dan kecewa. Di tengah keputusaan memulai hidup tanpa Ray, Bev berusaha meyakinkan Jason bahwa kepergian Ray adalah yang terbaik. Dan mengejar impian bagi Bev tak semudah membayangkannya. Bev menghadapi begitu banyak tantangan yang datang dari dalam dan luar dirinya.
Tanpa disadarinya, Bev mengganggap Jason, putranya, sebagai sebuah kesalahan dan halangan dalam hidup. Kesalahan pertama yang terekam Jason adalah kegagalan Bev mendapatkan beasiswa ke New York University. Kerja keras pada siang hari sebagai pelayan di sebuah restoran cepat saji, pengurus tunggal putranya, dan belajar pada malam hari bukanlah sesuatu yang akan membuat tertarik pemberi beasiswa manapun. Bev harus belajar untuk menerima nasibnya atau ia akan terkubur hidup-hidup. Dalam keputusasaan ia dan putranya bertekad melanjutkan hidup dan menyelesaikan apa yang telah ia mulai. Jason tumbuh menjadi pemuda tampan dan pandai serta normal. Setidaknya itulah yang bisa diharapkan Bev, tetapi tidak Jason. Selama bertahun-tahun Putranya menyimpan semua kenangan pahit keretakan keluarga juga penolakan Bev atas dirinya.
Jason yang berumur duapuluh tahun merasa tersiksa karena tak dapat melepaskan diri dari bayang-bayang ibunya. Perasaan bersalah menggantung rendah di dadanya hingga membuatnya tak kuasa untuk memberitahu Bev bahwa ia ingin memilih jalan hidupnya sendiri. Tinggal di Eropa dan belajar di Wina Austria alih-alih menyelesaikan studi di NYU seperti mimpi Bev untuk dirinya, mimpi yang selama ini gagal diraih Bev. Pagi yang beku di New York City tahun 1986, mimpi Bev menjadi penulis nampaknya akan menemukan cahayanya. Ia akan menerbitkan buku yang diangkat dari kisah nyata hidupnya sendiri. Namun masih ada sebuah hal yang mengganjal, satu izin yang belum ia selesaikan atas nama Ray menyangkut keberadaannya di dalam tulisan Bev. Tantangan datang sekali lagi dalam hidup Bev dan Jason karena meyakinkan diri bahwa mereka ingin bertemu Ray setelah bertahun-tahun sangatlah tidak mudah. Pertemuan dengan Ray membuka semua tabir luka dan kecewa yang masing-masing tersimpan dalam hati mereka. Jason dengan ikhlas menerima semua fakta tentang ayahnya dan menjelaskan bagaimana perasaannya pada ibunya selama ini sementara Bev larut dalam kepedihan serta derai air mata.
Film ini layak ditonton oleh siapa saja (tentu saja anak-anak harus dengan bimbingan orang tua). Dimainkan dengan sangat apik oleh Drew Barrymore (Bev) sang aktris walk of fame dan Adam Garcia (Jason), Riding Cars with the Boys menyentuh dan memberi pelajaran paling berharga akan arti orang-orang dekat dalam hidup kita, kedewasaan, dan tentang mimpi yang memungkinkan kita untuk terus berjuang menuju hidup yang kita inginkan.


Tips menonton: Film ini menggunakan alur maju-mundur, jadi di beberapa bagian perlu pengamatan terhadap catatan tahun dan tempat supaya anda tidak tertukar merangkaikan adegan serita lalu menjadi bingung.

**** Kisahnya penuh pelajaran berharga, akting Drew Barrymore sudah sangat terasah sekali (Memuaskan).

Kamis, 03 Desember 2009

Allah, aku belum memaafkan Bagikan

November 6th 2009 03:50 pm

Allah, aku belum memaafkan,
Memaafkan diriku sendiri
Memaafkan orang lain
Memaafkan hidup Yang membuatku terluka kini.

Allah, aku belum memberi,
Memberi pengampunan pada diriku sendiri
Memberi pengampunan kepada mereka
Memberi pengampunan pada masa lalu
Yang menciptakan kekosongan rasa bahagiaku kini

Allah, aku belum menerima,
Menerima sepenuhnya kekuranganku
Menerima sepenuhnya kekurangan orang lain
Menerima sepenuhnya kekurangan nasibku
Yang memberi bentuk kekerasan hatiku ini

Allah, aku belum memahami,
Arti menjadi diri sendiri dan Makna jujur pada diri sendiri
Sebab aku tenggelam dalam dasar egoku ini
Yang menghentikan langkahku sebelum berlari

Allah, aku ingin meraih,
Hati yang penuh dengan keikhlasan
Jiwa yang menampung penerimaan
Punggung yg mampu memikul kesabaran
Tangan yg sanggup menuangkan cinta
Kaki yang dapat menopang kekuatan

Dari besarnya anugerahMu
Pada tubuh yg rapuh ini
Aku mengiba pengampunan
Dalam kekotoran, jiwa
Agar lurus ibadahku, hatiku, jiwaku, pikiranku, hidupku

"AMAZING" Journey to the Past

29 November 2009 jam 14:23

Td pagi jalan sama keluarga ke tempat kelahiran.. Ngelewatin perkebunan karet lg, meliat rumah dinas bapak dulu lg (stlah dtgalin jd sekarat), lwt jalan2 tanah berlanscape pegunungan meratus lg. Ahh... Sejuk bget pmandanganx. Semua tetangga yg dikunjungi ramah2 bget. Rasax gak ada tetangga sebaik n seramah mereka (apa yg ada yg dihidangkan harap ditelan).. Desa, memang selalu menawarkan cinta, keeksotisan n pesona yg tiada duax.. Lahir, tumbuh, hidup slma 20thn lbh dsana mbtw kmi gak bsa lupa desa kecil dtengah2 perkebunan karet.. Nostalgia lg, mengobati kerinduan. Ingat pohon2 kelapa, jeruk, dan rambutanx yg bbuah lebat. Rindu halaman rumputx yg tebal dan pohon2x yg rindang hijau. Kangen waktu almh Ibu msh ada.. Hati tercabik antara haru n bhgia. Desa oh desa! Selamax anak desa tetap anak desa. Tp q selalu bangga, inilah tempat hidup dimana kau bisa belajar segalanya.

"A tribute to an adorable favourite Reporter, Y. S. Daya"

25 November 2009 jam 19:39

Emank susah ya kalo udah suka aplg jd idola.. Diganti yg laen jg te2p ogah rasax. Hbs gmana ya, mslh tampang kategori manis,, tp yg lebih2 dr itu, kecerdasan n kepribadianx yg luar biasa gakda yg nyamain.. (: ini bru ordinary man but extraordinary characteristics :). Coba deh baca di blogx. Oke bget sich!
Tp kalo dpikir2 lg, dia gk mkn slmax harus mgrjakn project yg sama (itu2 aja!).. Programx yg ada skrg udah bgus2 bget, tp dia hrus lebih maju n berkembang kan.. Jgn sampe kecerdasanx tersia sia mcm ketampanan Sirius Black yg tjatuh k dlm selubung dpartmen misteri.. Hee,, Dia hrus mgerjakn smthing new yg lbh brbobot n menantang.. Mkn jg krja behind the scene.. Jd producer? editor? Atw jd ky Clark Kent or Peter Parker (Mmmm...maybe he needs chasing smtg bigger that what he has 2day, myb BBC, VOA, Reuters, CNN?#%??) Agagagh... Yaach, coz aq sayang ma dia bkn krna tampang tp kpribadianx, so musti relain kalo one day bkal jrang2 liat dia lg. Tp kisah hidupx akan jd inspirasiq slalu,, itu smtg yg gakkan hilang dr dia slmax. Semangatx, low profilex, kpinteranx, kesholehanx, senyumx, suarax, carax ngmong "Asikin Aja!". Weh3, semuax dech.. !
So, reporter favoritq, tetep semangat ya!!! Jgn tinggalin pgemarmu coz kmi tetap setia.. Ditunggu slalu program2 barumu n keep success. Countless prayers be with you n may Allah guides your way.. Makasih byk coz sdh ksih btumpuk2 pgetahuan n m'inspirasi q bwt mjalani hidup. Mdhn q bsa sesemangat n shebat km..
Yours faithfully Nuna <3 U (jambu mode on).. :P