Selasa, 10 Agustus 2010

Kanker itu menguatkan kami

Kanker itu menguatkan kami

Sahabatku Nina pernah menghiburku, “Ketika seseorang sakit, maka Tuhan sebenarnya sedang menggugurkan dosa-dosanya seperti rontoknya daun-daun pepohonan di musim gugur”, terima kasih Nina, untuk mengingatkanku pada hadits yang indah ini.

Kanker, kata yang kedengarannya sangat ekslusif. Tidak pernah membayangkan kalau dia akan singgah ke rumah kami. Rumah dari orang-orang sederhana seperti aku, ayahku, keluargaku. Selama ini kami tak pernah merasa punya sesuatu yang terlalu berharga, ya, rasanya demikian, sampai ia mengambil milik kami yang paling berharga. Ibuku, permata rumah kami.
Akhir tahun 2003, tepat satu minggu setelah hari raya Idul Adha, Ibu masuk rumah sakit. Dia memang agak mengeluhkan kurang sehat akhir-akhir itu. kami mendesaknya untuk melakukan medical check up lewat rumah sakit perusahaan. Kejutan, dokter menyuruhnya tinggal di rumah sakit. Satu dua hari setelah itu, dokter masih belum mau bicara, ia mengunci mulutnya rapat-rapat. Kenapa sih dokter ini? Pikirku. Ia senang sekali membuat orang cemas.
Rasanya aneh kalau ada yang menyenangkan terjadi di kala ada orang yang sedang sakit. Ya, senang saja, karena di atas meja dan kabinet di kamar perawatan ibu ada bertumpuk-tumpuk oleh-oleh dari orang-orang yang mengunjunginya. Ada beragam limus, buah, biskuit, juga roti. Yang mengantar tentu saja tahu kalau ibu takkan bisa menelan semuanya, jadi dengan senang hati kami membawanya pulang lalu membuat sesak lemari es.
Akhirnya ayah memanggil kami semua untuk berkumpul di ruang tamu. Aku tak ingat lagi hari apa hari itu. tapi itu adalah siang yang sangat memilukan. Dokter sudah membuka gembok mulutnya. Kabar yang sama sekali tidak sedap. Pertama, jujur ku katakan dulu kalau aku sebenarnya benci setiap kali harus mengulang kata ini. Ibuku divonis mengidap kanker liver yang tak ada obatnya, stadium akhir. Hidupnya mungkin tinggal beberapa bulan lagi. Dokter bilang kalau ia takkan sanggup berbuat apapun. Tiba-tiba bayangan tentang lemari es yang penuh sesak dengan oleh-oleh rumah sakit tak lagi menyenangkan. Siang itu kami habiskan dengan menangis. Ibu dibawa pulang ke rumah setelah berada di rumah sakit selama sepuluh hari.
Untuk selanjutnya, menyakitkan sekali harus menyaksikan berat badannya yang sudah di prediksi akan semakin menurun selama beberapa bulan itu. Tak ada ranjang dengan kasur empuk berseprei putih motif garis-garis dengan sandaran kepala yang bisa dinaik–turunkan sesuai selera, atau juga peralatan komputer pencatat denyut jantung, apalagi alat bantu pernapasan. Tidak ada dokter atau perawat yang akan datang mengeceknya dua atau tiga kali sehari. Dan yang paling penting, takkan ada lagi lorong-lorong serta kamar-kamar berbau karbol dan desinfektan.
Dokter bilang kalau kasus kanker liver seringkali telah dimulai jauh waktu sebelum akhirnya stadium lanjut terdeteksi dan bisa jadi disebabkan oleh luka hati yang dalam selama bertahun-tahun dan telah terpendam. Aku tak tahu bagaimana tepatnya perasaan anggota keluargaku yang lain, tapi ini melukaiku. Keadaan ini membuatku ingin menjerit pada Tuhan. Bagaimana mungkin ia telah ada di sana dan hidup dalam diri ibuku tanpa kami mengetahuinya. Apa yang telah menyakiti ibu kami sehingga ia menyimpan beban hidupnya sendiri? Apakah itu luka yang datang sebelum kami ataukah karena kami. Aku tak ingin Tuhan mengatakannya, karena ibu sangat mencintai kami dan kami juga sangat mencintainya, hanya itu yang kami tahu. Terkadang di hari-hari ini kami masih mencoba membicarakannya dan sungguh berat sekali mengingat bahwa ibu telah melewati hampir semua kesulitan hidupnya dengan penuh kesabaran. Lalu kini, setelah semua tinggal selangkah lagi, kenapa ia takkan bertahan.
Orang-orang datang berkunjung sekali lagi setelah tahu ibu sudah keluar dari rumah sakit, masih membawa oleh-oleh yang sama. Ibuku, selama hidupnya telah mengenal banyak orang yang rata-rata menjalin hubungan sangat baik dengannya. Aku tak ragu mengatakan bahwa ia adalah wanita terhormat yang sikapnya selalu baik dan manis pada siapa saja meskipun disiplinnya di rumah bisa dibilang keras. Ibuku senang mereka datang berkunjung, juga ketika murid-murid TKnya datang sambil bernyanyi dan berbaris. Pagi yang sangat manis. Saat itu ibu masih bisa berdiri dan berjalan. Ia tersenyum melihat anak-anak kecil itu membuka bekal mereka lalu makan bersama di beranda depan rumah kami. Senyum ibuku, senyum bahagia.
Tuhan telah menata jalanNya. Kami sudah berusaha semampu yang kami bisa meskipun dalam kesederhanaan. Namun tak ada yang mampu mencegah waktu yang datang untuk membuat ibu tak mampu lagi bangun dari ranjang. Menyedihkan. Itu membuatku teringat pada kunjungan-kunjungan terakhirnya ke rumah kos ku di kota tempatku kuliah. Aku selalu ingin dia menciumku dua tiga kali sebelum pulang. Ciuman saat ia masih bisa bangun adalah saat berada di rumah nenek untuk menjalani sebuah terapi pengobatan tradisional. Ia mengantarku sampai beranda depan sebelum menciumku di pipi kiri dan kanan, tanpa pernah ku kira kalau ia akan meninggalkanku selamanya. Aku selalu percaya bahwa Tuhan akan membiarkannya hidup lebih lama lagi untuk melihatku mencapai mimpiku, karena ia selalu percaya bahwa aku akan bisa jadi apapun yang ku inginkan. Ciuman itu ciuman yang tak pernah bisa ku lupakan. Ibuku, aku sungguh mencintai wanita baik hati ini, tapi kenapa aku tak bisa berbuat yang lebih baik untuknya. Dan untuk selanjutnya, aku selalu sedih jika harus mencium dia yang terbaring lemah tanpa daya di atas kasur. Mencium pipi kurus keringnya yang tinggal tulang. Apakah ciuman itu bisa menyakitinya pikirku. Jika situasi bisa lebih baik, mungkin ibu bisa mendapat obat penghilang rasa sakit.
Tuhan adalah maha pemberi kekuatan. Ia menguatkan hati kami setiap hari dan mengisinya dengan harapan-harapan baik bahwa ibu akan sembuh sepenuhnya. Bagiku pribadi, aku tahu kanker itu mengerikan, tapi aku tak pernah berpikir kalau itu bisa merenggutnya begitu cepat. Kakak perempuanku sudah ditakdirkan akan menjadi wanita kuat seperti ibu. Aku tahu, karena dia telah merawat ibuku dengan penuh kesabaran dan tanpa keluhan. Ini membuatku berpikir, mungkin seharusnya aku terminal saja semester itu agar bisa ikut merawat ibu. Namun, kurasa ibu takkan setuju. Baginya, pendidikan anak-anaknya adalah yang utama.
Satu bulan sebelum kepergiannya, tubuh ibuku hanya tinggal tulang dibalut kulit tipis. Cekungan di matanya bertambah dalam dan ia hanya makan beberapa sendok saja dari porsi hariannya. Dulu sewaktu berada di rumah sakit, ia masih bisa menghabiskan satu mangkuk buburnya yang ku suapkan. Bagaimana Tuhan bisa menguatkan dan membuatnya bertahan masih jadi misteri bagiku. Di hari-hari itu dia sering bermimpi atau kadang-kadang sedikit mengigau. Saat di rumah sakit ia pernah bercerita tentang mimpinya bertemu kakek, sosok ayah yang paling dicintainya sepanjang hidup. Kisah itu membuatku menangis diam-diam di atas ranjang di sebelah ranjangnya dan meninggalkan bekas tanda air pada kasur yang tak beralas itu.
Ibuku sangat dekat dengan kakek, seorang pria lembut dan baik hati seperti juga dirinya. Ibu selalu mengatakan kalau kakekku adalah orang yang sulit sekali mengeluhkan apa saja, pekerja keras, dan taat pada Tuhan. Ibuku adalah bayangan yang muncul dari cermin kakek setiap kali ia melihat dirinya, karena mereka begitu serupa. Kebijaksanaan kakek telah membantu ibu melewati semua fase kehidupannya dengan baik.
Semakin hari cerita ibu semakin banyak. Katanya ia berjumpa dengan orang-orang yang telah meninggalkannya di dalam mimpi. Ia juga berkata melihat taman indah di luar jendela. Apakah itu surga Tuhan untuk ibuku yang baik? Mungkin waktu baginya semakin menyempit, namun kami terus berdoa bagi kebaikan ibu tanpa putus harapan. Dan kemudian, aku tak ada di sana saat ia pergi empat bulan kemudian setelah vonisnya. Kenapa? Aku menyalahkan diri selama bertahun-tahun. Bayangan wajah ibuku yang sudah tertutup kain tak bisa ku lupakan. Aku selalu berharap bisa melakukan sesuatu.
Seumur hidup ibuku selalu jadi sosok yang tegar, juga sifat-sifat lain yang mungkin tak pernah ku lihat dalam diri saudara-saudaranya, bahkan juga nenek. Semua kerabat, kolega, serta orang-orang yang mengenalnya sangat berduka atas kepergian itu dan merasa kehilangan. Karena kebijaksanaan, kebaikan hati, dan keramahan menjadi miliknya, dan itu telah menyentuh hati mereka. Kanker itu telah mengambil jiwa ibuku, tapi bukan semangat dan kenangannya. Ibuku tetap hidup dalam prinsip-prinsip, nilai-nilai, juga cara hidup yang ia wariskan dan kami terapkan sampai hari ini. Rasa sakit serta penderitaannya membantu kami agar menjadi kuat, bahwa apapun yang terjadi, sebagai keluarga, kami harus selalu merasa saling memiliki serta menjaga satu sama lain. Aku takkan membiarkan apa yang telah terjadi padanya di masa lalu juga terjadi pada keluargaku. Aku akan menjaga mereka.
Dia yang sambil berjalan kaki pernah bilang padaku kalau ingin jadi teman anak-anaknya ketika mereka remaja, yang memeluk dan mencium anak-anaknya setelah bertengkar dengan mereka, guru yang baik bagi siapa saja, juga istri yang setia pada keluarga ini telah pergi. Pesan ibu selalu pada kami adalah agar menjunjung tinggi Tuhan, kejujuran, kerendah-hatian, dan kemurahan hati untuk memberi kepada orang lain sebagai kunci kebahagiaan hidup. Wanita yang mengajarkan bahwa sebesar apapun penderitaan, takkan pernah ada artinya dibandingkan cinta Tuhan. Bukankah sifat-sifat baik Tuhan itu terus hidup sepanjang masa? Begitulah seharusnya kita mengenang orang-orang yang meninggalkan kita, maka kanker itu sungguhnya tak pernah benar-benar bisa membuat ibuku pergi meninggalkan kami.

The Road (Jalan)

The Road (Jalan)

Suatu sore setelah pemilu caleg, aku bertemu dengan istri mbah Waris, jalannya tertatih-tatih kiri dan kanan. Bukan karena kaki tua dan rentanya itu. Bukan juga karena beratnya setumpuk kayu bakar yang ia panggul di atas punggung. Jalan, jalan berkerikil, berbatu, dan berlobak-lobak sana-sini itulah yang membuatnya nampak berjalan sempoyongan.
“Mbah!” Sapaku ramah seperti biasa setiap kali ia lewat depan rumah sambil memanggul kayu, rumput, atau hasil pertanian dari ladang kecil yang ia dan suaminya usahakan dengan susah payah.
“Nggeh, monggo mbak”, balasnya berirama jawa lembut mendayu-dayu. Persis seperti lantunan langgam jawa.
Sebagai pensiunan BUMN perkebunan dengan status tenaga buruh kasar yang bahkan tak punya ijazah SR, mbah Waris lanang, suaminya, begitulah orang kampung sering memanggil, hanya menerima uang sebesar seratus lima puluh ribu rupiah setiap bulan. Ia seorang pekerja yang rajin meskipun fisiknya telah dimakan usia. Iris matanya kian hari kian sewarna saja dengan sisa pembakaran rokok kretek yang sering ia hisap. Bila diperintahkan sesuatu maka kata favoritnya adalah “enggeh, enggeh” sambil terbungkuk-bungkuk memegangi cangkul. Ayah sering memintanya membersihkan halaman rumah yang penuh rumput atau menggali lobang untuk tanaman, kadang-kadang juga membersihkan pinggiran jalanan kampung yang ditumbuhi rumput liar. Sedangkan mbah Waris wedo, biarpun kerut-kerut serupa rimpel baju menghiasi wajahnya di sana-sini tapi senyumnya tetap menawan. Kilau matanya yang berbinar tetap bertahan meskipun sudah tidak sehitam dulu, menyisakan berkas hatinya yang setiap orang bisa membaca, tulus dan tidak suka berprasangka.
Sudah bertahun-tahun berselang semenjak aku tidak pernah lagi bisa menyapa mbah Waris wedo sepulang meladang ataupun bahkan sekedar memandangi sosoknya dari dalam rumah dinas mungil ayah yang sudah kami tinggalkan. Tiba-tiba aku ingat pada mereka karena iklan-iklan berbau pemilu favorit ayahku. Beliau bersikeras bahwa pemimpin yang dibutuhkan negara sekarang adalah yang mendukung kalangan petani. Sekarang aku baru tahu kekuatan sebuah iklan yang sebenar-benarnya. Sayangnya ayah nampak terbujuk dan semoga ia tidak terjerumus bathinku.
“Nah, tadi malam bapak duduk-duduk di mesjid habis magrib. Ngobrol sama pak Bronto yang caleg itu”, cerita ayah suatu sore.
“Kenapa?” tanyaku sopan meskipun aku tidak tertarik dengan topik pembicaraan bapak-bapak.
“Dia tanya, kira-kira apa ada pesan sponsor buat caleg”.
“Bapak bilang, satu hal penting yang bisa berpengaruh yaitu pembangunan sarana transportasi jalan yang benar-benar bagus”.
Ayahku meyakini dengan segenap hatinya bahwa jalan yang bagus terutama di daerah pedesaan akan mampu mengangkat perekonomian rakyat yakni petani kecil di desa-desa. Hasil bumi pertanian bisa dibawa dengan mudah ke kota dari desa sehingga dengan begini diharapkan harga hasil pertanian tidak akan terlalu tinggi bagi konsumen dan petani mendapatkan pembelan yang adil karena mudahnya akses. Sebenarnya bukan masalah para pemborong telah memberi hasilnya dengan harga mahal tapi karena biaya transportasi yang membuat harga sayuran dan hasil pertanian lainnya menjadi mahal. Para petani rakyat sesungguhnya tidak pernah menjual hasil mereka dengan harga mahal. Bayangkan saja, masa untuk sepohon jeruk nipis berbuah lebat, mungkin ada ratusan jeruk di sana, hanya ditawar pemborong limabelas ribu. Pantas saja mbah Waris sulit kaya. Kaum pemborong berdalih bahwa medan yang sulit berimbas pada biaya pengangkutan yang tinggi mengharuskan mereka memeras otak agar bisa memperoleh untung. Dan ini dilakukan salah satunya dengan membeli murah dari petani agar bisa menutupi ongkos angkut. Padahal petaninya sendiri tidak pernah bisa menutupi ongkos tanam. Dan aku lebih suka beli jeruk nipis kalau yang menjual adalah nenek-nenek kempot yang sandalnya capal, dan kerudungnya lunglai, dan keranjang jeruknya tak kalah peyot. Benar deh, coba cek kalau kamu suka berbelanja ke pasar tradisional. Rata-rata mereka datang dari desa yang menjual hasil kebunnya sendiri ke kota-kota kecil terdekat.
Kami mengunjungi desa tempatku dibesarkan berbulan-bulan yang lalu. Tampilan desa kecil ditengah-tengah perkebunan itu pun tidak kalah semerawut dengan suasana kotaku berada. Bendera-bendera serta spanduk-spanduk kampaye bertebaran disana-sini. Terpancang miring-miring bekas ditiup angin di pinggiran jalan desa yang berbatu dalam ukuran sedang juga kecil, dan yang berukuran raksasa terhuyung-huyung menanggung bebannya, ditalikan pada batang puncak pohon kelapa, nangka, akasia. Ramai benar, bendera-bendera bergambar caleg hiruk-pikuk satu sama lain dan tampak damai berkibar bersisian saling-silang karena ada yang mencuat dari kiri dan mencuat dari kanan dengan tiang kayu seadanya. Ahh…andaikan setelah pemilu mereka bisa sama setenang ini nantinya. Tapi ada satu bendera bergambar caleg yang paling menonjol dan paling banyak jumlahnya. Di setiap sudut, tiap beberapa blok saja dipasang gambar seseorang yang ku kenal sebagai tetanggaku, pak Sido.
Pak Sido wajahnya kurus panjang dengan rambut padat bergelombang yang kering kerontang kemerahan. Penampilannya dalam foto seperti tak biasa dengan rambutnya yang disisir rapi belah pinggir sebelah kiri, licin mengilap, plus jas hitam kaku dan dasi yang warnanya terlalu ramai dengan wajah yang tampak berbedak. Setengah mati aku mehanan tawa saat sepeda motor tua bapakku terantuk-antuk jalanan yang berbatu melewati poster besar itu. Kenapa semua orang pada saat kampanye seperti ini sibuk merubah diri mereka. Bukankah sangat baik sekali kalau mereka jadi diri sendiri saja? Tidak perlu sampai melakukan extreme makeover semacam itu.
Konon, Pak Sido berjanji kalau dia terpilih nanti, maka dia akan mengaspalkan jalanan desa. Warga desa sama seperti mbah Waris, manggut-manggut atau bilang “Enggeh-enggeh” saat mendengarnya. Jelas saja kan harus nurut saja. Pak Sido itu turun-temurun adalah orang kaya di desa. Keluarganya punya banyak tanah. Termasuk tanah yang dijadikan jalanan utama desa adalah milik keluarganya, jalur penting yang menghubungkan warga dengan sawah atau ladang mereka, sekaligus jalur keluar masuk desa. Pak Sido selalu saja suka membangga-banggakan silsilah keluarganya yang sudah punya banyak jasa pada warga desa.
Seminggu berlalu setelah pemilu caleg diadakan. Tiba-tiba sebuah berita mengejutkan muncul di televisi. Warga desa tempat tinggalku dulu yang seumur-umur tidak pernah berdemo, tiba-tiba berdemo. Mereka menuntut supaya jalanan desa dibuka kembali. Rupanya, Pak Sido yang kalah dalam pemilu caleg itu kecewa dan merasa telah dikhianati oleh warga. Dia beranggapan mereka tidak pantas lagi memperoleh belas kasih keluarganya yang selama ini sudah berbaik hati. Dia memblokir jalan desa yang menjadi jantung jalur utama. Terlihat di layar tivi, sebuah batang kayu besar membentang di tengah-tengah jalan, belum lagi tumpukan-tumpukan batu, ranting pohon, dan kawat berduri. Dan Pak Sido, meskipun sudah jadi headline news di desa-desa sekitar, tetap saja ogah berubah.
Terakhir kali aku dan ayahku pergi ke desa sebulan kemudian adalah bahwa kami harus melewati jalan desa yang dibangun secara bergotong-royong oleh warga desa. Jalan desa baru yang tidak melewati tanah-tanah pak Sido tapi dibangun diatas tanah-tanah warga desa yang lain, yang ikhlas tanahnya dipakai untuk jalan. Memang jalan baru ini lebih sempit, lebih menanjak, lebih berbatu, lebih becek kalau musim hujan, dan pastinya lebih jauh, karena warga kini harus memutar setiap kali hendak ke ladang, ke sawah, atau keluar desa. Kalau sudah begini, siapa coba yang mustinya pantas merasa kecewa, orang besar yang berhati kecil, atau orang kecil yang jiwanya besar? Pengertian tentang siapa yang mau mengayomi dan siapa yang harusnya diayomi nampaknya semakin menjadi absurd saja.
Pikiranku melayang pada sosok tua mbah Waris lanang dan mbah Waris wedo. Kasihan sekali, sekarang mbah Waris wedo harus menggendong tumpukan kayu dipunggungnya lebih lama lagi. Belum lagi ketika musim hujan datang, dapat dipastikan kaki-kaki yang tua itu akan bingung melangkah, di kanan bebatuan, di kiri lumpur dalam. Tak tahu apakah kaki rentanya bisa kuat berjalan dua kali lebih jauh dari sebelumnya.
Terakhir kali aku mengobrol dengan mbah waris wedo, dia berkata, “Nggeh pripun mbak-mbak. Wong mboten purun lewat, nggeh nurut mawon”.
“Ndak jadi masalah to mbah?” Tanyaku. “Kan jalannya tambah jauh”.
“Mboten!” jawab mbah Waris alon.
Sabar-sabar. Semoga Allah memberi kesabaran yang berlimpah pada orang-orang desa yang arif ini, doaku.


Sabtu, 07 Agustus 2010

Let's Watch Bollywood (Yuk, Nonton Film Bollywood!!)

-PART ONE-

(Let's Watch Bollywood (Yuk, Nonton Film Bollywood!!) are partnership projects (proyek bersama) which are written by Erlina Sari Arza and Nurul Sutarmaji), and posted in Nurul Sutarmaji’s blog, http//:nurulloveseyewitness.blogspot.com, and also in our facebook’s note.

Banyak orang yang masih rada-rada males nonton film India. Alasannya norak lah, kampungan, atau jambu. Kalo denger kata Bollywood biasanya suka bilang; “Bollywood???, pelem India yach?, h.m.m.m, *@#$%, ZzZzzZzzz…, gimana ya??” gitu dech. And yang suka terbayang adalah adegan berlarian di taman, hujan-hujanan, berguling di rerumputan, tuan Thakur, sampe inspektur polisi korup yang perutnya gendut. Hehee… bahkan dulu ada teman kami yang bilang kalo ada dua sindrom yang bakalan dialami para bintang filmnya yaitu; masuk angin atawa gatel-gatel since mereka kan suka banget tuch ujan-ujanan, angina-anginan, plus gulang-guling di rumput. Xixixiii…. Erline bahkan menganalisis kalo ada tiga ciri utama film Bollywood jaman dulu (sebenernya sampe sekarang juga masih ada kok!) : taman bunga, hujan, and inspektur polisi. Wekwekwkwk…

Padahal gejala-gejala film jelek bisa terjadi sama semua film dari negara mana aja, n mostly people males nonton film Bollywood coz cuman gengsi. Kamu boleh jadi gak suka lagu and tariannya, tapi bagus ato gaknya tema dari sebuah film Bollywood absolutely gak bergantung sama lagu ato musik di dalamnya. Eventhough gak disukai, nyanyi and nari sudah jadi trade mark Bollywood. Kayak pori2 di kulit wajah kita. Kalo kelewat gede kita gak seneng kan (bikin jelek), tapi juga gak bisa diilangin. Kalo dibuang gimana donkz, kulit kita kan juga perlu bernapas (bener gak nich??) :P. Ada juga sih film2 Bollywood yang kadang ceritanya standar tapi penggarapan musiknya patut diacungin jempol (yach macam liat penyanyi rap berpenampilan paling uaneh nyanyi gitu lah!,hehee... Peace). Bisa jadi kayak orang jatuh cintrong, ada yang suka bilang “fisik itu relatif”. Nah, nonton film gitu juga khann??? Masing2 orang punya standarnya sendiri buat bilang film ini bagus or film itu jelek. H.m.m.f.f.h, baiklah (back to the real topic). Ada pula film Bollywood yang pake musik cuman buat latarnya doank, tanpa ada aksi nyanyi secara lipsink kayak umumnya. Contohnya ada film Kaal, Kabul Express, dan My Name is Khan. Sebagai tiga besar negara penghasil film terbanyak di dunia bersama dengan AS dan Hongkong, India dengan Bollywoodnya seperti juga Hollywood hampir punya semua film, mulai dari film jelek sampai bagus.

Di tahun 90an Bollywood terkenal sama banyak filmnya yang kebanyakan berbau action, tapi kayaknya image yang dibuat sama filmnya om Shah Rukh Khan dan tante Kajol Devgan yakni Kuch-kuch Hota Hai yang amat popular ke seluruh dunia, bikin banyak orang mulai berpikir lagi soal arah tema-tema film Bollywood. Dulu genre paling popular yakni action atau action-drama, tapi sekarang rada pindah haluan ke pure-drama (bukan berarti tema actionnya gak ada loh ya?). Beberapa film berbau action tetep dibuat tapi udah jauh lebih bagus, contohnya ada film Koi Mill Gaya dan Krriss yang dibalut sama bumbu science-fiction. Atau ada juga film Ghajini yang bisa nambah pengetahuan kita soal ilmu psikologi (meskipun mungkin masih belum sehebat garapan Hollywood). Namun banyak orang sekarang lebih mengenal Bollywood dengan film2 bergenre drama. Salah satu yang dulu terkenal itu Monsoon Wedding sekitar tahun 2002. Menurut laporan VOA (Voice of America) film ini bahkan bikin antrian panjang di bioskop-bioskop di sana dan waktu itu banyak orang Amerika yang bela-belain nonton film ini dua kali saking sukanya.
Film-film Bollywood bahkan banyak yang nembus ajang-ajang penghargaan internasional kayak Cannes, Berlin Film Festival, BAFTA, Asian Movie Award, de el el. Film Lagaan yang dimainkan sama Om Aamir Khan pernah masuk nominasi film berbahasa asing terbaik OSCAR 1999 meskipun kalah sama film Brazilnya Om Chris Colombus yang judulnya Ye Tu Mama Tambien. Baru tahun 2008 lalu, film Slum Dog Millionaire menangin OSCAR sebagai film berbahasa asing terbaik. Dan tahun ini om Shah Rukh Khan kita tersayang main di salah satu film terkeren 2010 “My Name is Khan”.
Bollywood punya keunikan dalam karakteristik tiap-tiap sutradara, produser, aktor/aktris, penata musik, koreografer, sampai penata kostum. Ada sutradara yang lebih kental banget sama genre film tegang kayak horor atau action, ada juga sutradara film-film drama, plus komedi rakyat. Film-film tertentu kental banget sama ciri pop etnic atau alternative yang dimiliki penata musik yang berbeda. Kostum juga sama, masing-masing penata kostum lain gayanya! Nah, sebenarnya seringkali yang paling kentara itu asal rumah produksi yang mempengaruhi gimana tampilan filmnya ntar.

Film bagus terkadang gak selalu seiring sama segi komersialitas loh! Bollywood khususnya juga banyak punya film-film bagus yang kurang komersil alias gak terlalu sukses di pasaran. Banyak film Bollywood yang secara komersil sukses tapi dianggap kritikus jelek dan cuma berlindung dibalik lagu-lagunya yang bagus, modal syuting di luar negeri, atau aktor/aktrisnya yang terkenal. Tapi yang jelas banyak banget film Bollywood yang temanya bagus, gambarnya luar biasa, bintangnya keren dan sukses secara komersil.
Berikut beberapa film Bollywood yang pernah kami tonton yang di urut secara random. Resensinya dibuat mulai dari film yang dianggap masuk kategori lumayan bagus, bagus, sampai bagus banget plus ada juga kategori layak tonton. Genrenya tentu aja gak berurutan ya! Beberapa informasi ada yang berdasarkan resensi resmi and sisanya berdasarkan pengamatan pribadi kami sendiri (Jadi kalo menurut kamu rada ngaco harap maklum ya :p. baru belajar jadi pengamat film amatir!). Buat kamu yang emang udah Hobi Bollywood macam kami, mudahan ini bisa nambah pengetahuan kamu. And buat kamu yang baru nonton sedikit atau gak pernah nonton Bollywood sama sekali, semoga ini bisa jadi acuan untuk kamu mulai milih judul-judul film Bollywoodnya. Untuk semua orang, Hope You Like It!!   
(Jangan lupa kritik and sarannya posting lewat coment box ya! Sampaikan kritik yang sopan dan membangun, hehee..).

3 Idiots (Three Idiots)

Pernah gak sich kamu bener-bener ngerasa udah mengenal seseorang dengan begitu baik dan netapin dia sebagai sahabat sejati, tapi waktu malah membuktikan kalo kamu sepenuhnya salah. Farhan Qureshi (R. Madhavan) gak pernah nyangka kalo pertemuannya sama Raju Rastogi (Sharman Joshi) dan Ranchoddas Shamaldas Canchad (Aamir Khan) bakal ngerubah hidupnya selamanya. Ini cerita tentang suka duka sewaktu kuliah, cerita yang natural dan amat menyentuh tentang persahabatan, mendengarkan kata hati dan menjadi diri sendiri. Gini nich kehidupan mahasiswa kelas menengah dan bawah yang sebenarnya. Tentang Farhan yang obsesi aslinya jadi fotografer alam liar dan berusaha bikin bokapnya ngerti, Raju yang dibebani tanggung jawab jadi orang sukses and kaya demi menikahkan kakak perempuannya, dan Rancho, si jenius nyentrik yang kehidupan pribadinya sangat misterius sampai akhir. Ada juga kisah tentang permusuhan mahasiswa sama dosen killernya yakni DR Virus, plus persaingan tidak sehat antara 3 idiots sama mahasiswa kesayangan sang DR, Chatur Ramalingam (Om).
Meskipun ini adalah film yang amat menyentuh, banyak adegan lucu yang ditampilkan karena genrenya yang drama komedi, terutama di peringatan hari guru pas Chatur membacakan pidatonya yang diplesetkan. Tampilan gambarnya juga unik. Contohnya, untuk mendapat kesan kuat tentang kondisi ekonomi keluarga Rastogi yang mengenaskan, setting film ini dibikin hitam putih layaknya tahun 50an. Lagu-lagunya meskipun gak terlalu komersil dengan aliran musik di film-film India sekarang tapi bagus-bagus. Film yang membuat kita bertanya-tanya sampai akhir tentang bagaimana dan siapa itu Rancho yang sebenarnya. Kisahnya tragis bukan lantaran ditinggal mati atau kawin kekasih, tapi tragis coz terkadang hidup itu butuh banyak pengorbanan. Yang bisa bikin nangis adalah adegan di rumah sakit waktu ayahnya Raju sekarat, pas ayahnya Farhan finally ngasih izin jadi fotografer, waktu Raju akhirnya berhasil dapat pekerjaan sebagai peneliti, pas DR Virus ngasih Virus-pen sama Rancho, and sewaktu teman2nya tahu siapa Rancho sebenarnya. 3 idiots sepenuhnya berlokasi syuting di New Delhi, Shimla, dan Ladhak. Shimla dan Ladhak termasuk daerah tujuan wisata di India and emang tempat yang bagus banget. Ngapain kan jauh-jauh syuting ke luar negeri kalo di dalam negeri aja banyak yang bagus. Ini kayaknya jadi moto rumah produksi Vidhu Vinod Chopra Production dan sang sutradara Raj Kumar Hirani. Dijamin nonton film ini MEMUASKAN! Film ini wajib, harus and layak banget buat di tonton. Delapan jempol kami deh!     

Kuch kuch Hota Hai

Ini nich yang ngasih pengaruh besar sama arus genre film-film Bollywood di masanya. Kayaknya orang-orang yang gak pernah nonton film ini pasti tau judulnya. Film ini pure drama banget. Dimainkan sama Shah Rukh Khan (Raj), Kajol (Anjali), Rani Mukherji (Tina), and Salman Khan bhai (Rohit) sebagai cameonya. Bertema persahabatan dua mahasiswa yakni Raj si flamboyan dan Anjali si tomboy. Dua sahabat ini gak pernah sadar kalo ada cinta di antara mereka sampai akhirnya datang orang ketiga yaitu Tina. Waktu Anjali patah hati dan mutusin buat pergi selamanya, ini bikin Raj sadar kalo Anjali itu cinta sejatinya. Meskipun begitu dia gak bisa narik lagi keputusannya dan ninggalin Tina. Sampai akhirnya mereka ketemu lagi beberapa tahun kemudian setelah kematian Tina dalam situasi yang rada rumit coz Anjali udah punya tunangan yakni Rohit.
Film ini disutradarai sama Om Karan Johar di tahun 1999. Dia termasuk sutradara spesialis film drama. Kuch kuch Hota hai adalah debut pertamanya yang langsung mendapat sambutan luar biasa dan sukses di banyak negara. Film ini juga melambungkan nama Shah Rukh Khan sebagai the King Khan di jajaran aktor film papan atas India seperti Amitabh Bachan plus melejitkan nama Karan Johar sebagai sutradara. Gambar-gambarnya banyak didominasi sama warna-warna cerah. Lagu-lagunya juga bagus-bagus dan tetap dikenang banyak penggemarnya sampai sekarang. Kostum untuk film Kuch kuch Hota Hai disponsori sama Polo sport dan kostum etnicnya dibuat khusus sama mbak Manish Malhotra yang terkenal sama rancangan baju etnic indianya yang modern dan elegan. Kuch kuch Hota Hai diproduksi oleh Yash Raj production.   

Dil Chahta Hai

Dil Chahta Hai diproduksi oleh Javed Akhtar dan Chandan Sidhwani pada tahun 2001 and disutradarai sama Farhan Akhtar. Tentang persahabatan tiga cowok yaitu Siddhart Sinha (Akshay Khanna), Akash Malhotra (Aamir Khan), dan Sameer (Saif Ali Khan) yang masing-masingnya punya karakter sangat berbeda. Sid yang tenang dan misterius secara diam-diam jatuh cinta sama Tara Jaswal, janda yang umurnya lebih tua limabelas tahun darinya. Akash yang sifatnya kurang serius membuat kesalahan dengan meremehkan perasaan Sid. Persahabatan mereka retak mulai saat itu. Sebelum berpisah Sid bilang kalo suatu hari Akash bakal jatuh cinta juga dan dia bakal merasakan sakit waktu kisah cintanya gak sesuai sama harapannya. Akash gak pernah percaya sama kata-kata ini sampai dia ketemu Priya (Preity Zinta) yang cantik dan memukau. Film ini diakhiri tanpa ada adegan maksa.

Meskipun berbau drama cinta-cintaan, film ini sebenarnya ngajak kita fokus sama sisi psikologis tiap-tiap karakternya. Bagaimana kepribadian mereka mempengaruhi hubungan sosial dan cara mereka menjalani hidup. Dil Chahta Hai punya kemasan yang bisa dibilang totally different sama film-film drama Bollywood lainnya. Gak banyak adegan over akting atau nuansa yang berlebihan, semuanya dibuat senatural mungkin. Nonton Dil Chahta Hai serasa kayak nonton film western drama. Musiknya digarap apik banget, secara Om Javed Akhtar menulis liriknya and Shankar-Ehsaan-Loy yang menggarap musiknya, dan mereka adalah para musisi terbaik India. Dijamin deh, gak bakal nyesel nonton film yang bikin Akshay Khanna dapat Indian Movie Award sebagai peran pembantu terbaik ini! Bagus banget!    

Slum Dog Millionaire

Hei heei.. Kehidupan Jamal Malik (Dev Patel) berubah sewaktu dia ikut kuis Who Wants to be a Millionaire. Si anak biasa yang tumbuh di jalanan dan bahkan gak pernah mengecap pendidikan tinggi ini mengherankan orang dengan berhasil menjawab semua pertanyaan yang diajukan dan melewati babak demi babak dengan mulus. Hostnya yang licik, Prem (Anil Kapoor) meminta penyelidikan polisi untuk mencari celah kemungkinan kalo Jamal udah berbuat curang. Penyelidikan polisi yang keras ini membawa kita melihat sisi kehidupan Jamal dari kecil sampai dewasa yang secara langsung atau tidak langsung memberinya peluang menjawab tiap pertanyaan. Dibumbui kisah cinta segi tiga antara Jamal, Salim (Madhur Mittal), dan Latika (Freida Pinto), bikin film ini benar-benar mengharukan dan penuh pelajaran berharga.

Mengambil setting kehidupan masyarakat India kelas bawah di Mumbay secara natural dan mendetail bikin film ini layak dapat acungan dua jempol tangan plus dua jempol kaki. Hahaa… Gak ada adegan tarian dan nyanyian yang berlebihan kecuali pas adegan terakhir. Film yang sarat makna kehidupan. Ngajak kita ngelihat sisi asli masyarakat kelas bawah India yang sebenarnya. Mulai dari peredaran narkoba, perdagangan dan perbudakan perempuan dan anak, sampai kejahatan kecil lain yang dekat sama kehidupan masyarakat kelas bawah. Sayangnya, kenapa sutradara film sebagus ini ternyata malah bukan orang India tapi Danny Boyle, seorang sutradara film asal AS. Slumdog Millionaire di produseri oleh Christian Cholson dan musiknya digarap seorang musisi kenamaan India, A. R. Rahman. Very very the best lah! Wajib di tonton..     

My Name is Khan

Rizwan Khan (Shah Rukh Khan), seorang penderita sindrom asperger pergi ke AS untuk tinggal bersama sang adik sepeninggal ibunya. Kecerdasan akhirnya mendorong Rizwan jadi sales kosmetik yang bikin dia ketemu sama Mandira (Kajol Devgan), janda beranak satu and langsung jatuh cinta meskipun ditentang sama adeknya Rizwan, (Jimmy Shergill). Tapi kebahagiaan pernikahannya gak berlangsung lama, semuanya diuji sama kejadian 11 September. Layaknya warga muslim lainnya waktu itu, keluarga Rizwan Khan juga banyak dapat diskriminasi and intimidasi. Adik iparnya dilecehkan jilbabnya dan putra tirinya, Sameer, meninggal coz dianiaya. Tragedi yang terjadi sama keluarganya mendorong Rizwan melakukan perjalanan luar biasa dan menyentuh saat berkeliling AS buat nemuin presiden AS supaya dia bisa bilang kalo namanya adalah Khan and dia bukan teroris.

Dikemas dengan nuansa Bollywood-Hollywood bikin film Karan Johar yang satu ini special banget. Film yang ngajak kita untuk mencintai sesama, banyak toleransi, and ngeliat perbedaan sebagai hal yang bisa menyatukan. Personally, penulis berpendapat kalo film ini banyak ngingetin kita tentang Tuhan yang selalu Maha Penyayang yang membenci kekerasan dalam penyelesaian masalah. Mengharukan banget gimana Rizwan yang dalam keterbatasan tetep inget shalat and mau membantu sesama. Setiap angle yang diambil di film ini excellent, musiknya juga bagus. Nonton film menyentuh ini jadi obat kangen buat para penggemar pasangan Shah Rukh Khan-Kajol, secara, mereka terakhir bareng di film Kabhi Kushi Kabhi Gham.     

Billu Barber


Ihhh.. asik kali ya kalo punya sahabat yang terkenal banget macam Shah Rukh Khan dan pengen syuting di kampung halaman. Ini bikin kita mendadak jadi makhluk paling penting sekampung. Tapi Billu (Irrfan Khan) kok gak gitu? Dia malah kewalahan coz semua orang sekarang ngotot pada nitip salam lewat dia buat Sahir Khan (Shah Rukh Khan) si aktor Bollywood terkenal. Belum lagi ibu kepala sekolah anak-anaknya yang minta supaya Billu nelpon SRK buat ngundang ke acara ultah sekolah alias penyamaran dari acara penggalangan dana. Dia bener-bener gak tahu harus gimana. Persahabatan dia sama SRK kan udah dulu banget waktu mereka masih anak-anak. Sekarang yang ada, Billu minder setengah mati mau menghubungi sang SRK coz pernah dimarahin sama asisten SRKnya waktu nyoba nelpon. Akhirnya semua orang di kampung plus anak-anak dan istrinya (Lara Dutta) nolak bicara sama dia and nuduh kalo Billu cuma pembual. Padahal siapa coba yang membual? Orang dia cuman diam aja kok! Semua ini gara-gara mulut si istri yang ember, pake ngomong-ngomong segala kalo suaminya dulu temenan sama SRK. Berabe kan??

Priyadarshan emang sutradara yang jago menterjemahkan naturalisme kehidupan masyarakat India ke dalam film komedi sarkastik penuh pesan. Lucu banget gimana tren gaya rambut SRK menyebar di desa Budbudha lewat salon rambutnya Billu and pas orang sekampung pada nonton syuting filmnya sampe naik-naik atap rumah n pohon segala, plus ada acara jatuh dari pohon secara masal bisa bikin ngakak. Tema and judul film2 Priyadarshan seringkali sederhana banget kayak film Billu Barber, Hungama, Hulchul, dll. Meskipun begitu, Priyadarshan masuk hitungan sutradara yang selalu sukses. Rumor bilang kalo dulu aktris yang bakal jadi istrinya Billu itu Amisha Patel, tapi Priyadarshan nolak dengan bilang sama om Shah Rukh kalo Lara Dutta jauh lebih cocok. Hasilnya, penggambaran yang alami banget. Ini termasuk dalam daftar film wajib tonton coz selain lucu, film ini juga sarat makna.    

Kaho Naa Pyaar Hai

Sonia (Amisha Patel) si anak orang kaya jatuh cinta sama Rohit (Hrithik Roshan) yang notabene orang biasa. Jelas lah, cinta mereka gak dapat restu. Bokap Sonia (Anupam Kher) berusaha keras buat misahin mereka. Suatu hari pas Rohit hampir berhasil jadi penyanyi sukses, tiba-tiba dia kecelakaan dan meninggal. Sonia yang patah hati pergi ke Selandia Baru, berharap bisa melupakan Rohit. Tapi justru malah bertemu dengan Raj yang wajahnya terlampau mirip sama Rohit (jelas lah, yang meranin itu2 juga, mas Hrithik, hehee). Raj langsung jatuh cinta, tapi Sonia menolak coz masih inget sama Rohit. Penasaran karena ditolak, Raj berusaha mencari tahu kenapa and ngikutin Sonia ke India. Akhirnya dia malah menemukan fakta kalo sebenarnya Rohit dibunuh alih-alih dapat kecelakaan.

Film ini disutradarai sama Rakesh Roshan, bokapnya Hrithik. Film ini juga langsung melambungkan nama Hrithik and Amisha sebagai pendatang baru. Bisa dibilang rada nepotisme coz isu father and son, tapi filmnya sukses luar biasa. Nepotisme udah biasa di Bolyywood, tapi oke2 aja kan kalo gak ngerugiin orang lain. Banyak angle and musik yang digarap apik di film Kaho Naa Pyaar Hai, antara lain indahnya pantai Pipi di Thailand and pemandangan alam New Zealand. Ada rumor lain yang bilang kalo pariwisata New Zealand terangkat coz film ini.   

Bhool Bhulaiyaa

Siddarth yang keturunan ningrat pulang ke kampung halamannya di India dari Amerika dengan membawa istrinya, Avni. Itu bikin kaget keluarganya yang punya niat jodohin dia sama salah satu sepupu angkatnya, Radha. Namun seiring kepulangan itu, peristiwa2 aneh yang memang udah jadi legenda keluarga lebih sering terjadi. Keluarga bangsawan Narayanpuri percaya kalo di masa lalu salah satu rajanya pernah membunuh kekasih dari seorang penari wanita Bengali yang menghibur di istana. Penari yang sakit hati lantas bunuh diri setelah gagal membalas dendam sama raja and arwahnya dianggap gentayangan. Ada satu ruangan di istana yang tabu untuk dibuka. Avni yang penasaran ngotot pengen buka ruangan itu, dan sejak itu ada macam2 kesialan yang datang. Orang rumah nganggap ini akibat olah Siddarth dan Avni yang ngeremehin mitos itu, sementara Siddarth malah menuduh kalau itu gara2 Radha yang cemburu. Siddarth bahkan meyakinkan semua orang yang terpengaruh kalo Radha punya kelainan mental alias psikopat. Teman Siddarth, seorang psikiater nyentrik yang namanya Aditya lalu dipanggil buat ngobatin Radha. Setelah menyelidiki Radha, Aditya malah nemukan banyak kejanggalan yang bikin dia ngak yakin sama argumen dari dua pihak. Adi yakin itu bukan hantu, apalagi Radha yang gila. Apa sich yang sebenarnya terjadi?? Bisa ngak Adi menyingkap misteri ini????

Selama menonton film ini penonton ditantang untuk ikut memecahkan misteri yang ada. Bumbunya adalah komedi, thriller, musik yang bagus, serta akting jempolan para pemainnya, menjadikan film ini sangat disarankan untuk ditonton. Sang sutradara, Priyadarshan, mengajarkan kita untuk melihat masalah dari dua sudut pandang yang berbeda, budaya dan ilmiah. Kolaborasinya bagus bangetz!! Gosipnya, Bhool Bhulaiyaa merupakan remake sebuah film India selatan, dan Priyadarshan mampu mengulang kesuksesan versi aslinya dengan caranya yang khas.   

Chori Chori

Patah hati coz ditolak cintanya sama Pooja, Ranvir Malhotra secara kebetulan ketemu sama Khushi yang kekanak-kanakan. Ranvir nunjukin sama Khushi gambar sebuah rumah yang jadi impiannya sebelum akhirnya mereka berpisah. Khushi yang dipecat dari pekerjaan dan diusir dari rumah kontrakan oleh bosnya akhirnya dapat ide untuk ngambil kesempatan tinggal di rumah setengah jadi milik Ranvir untuk sementara. Gak disangka-sangka Khushi yang ngaku-ngaku sebagai istrinya malah dapat semua kemudahan selama di Shimla, dia bahkan diterima hangat sama keluarga Malhotra. Ranvir yang tiba-tiba datang ke Shimla jadi kaget banget and marah sama ulah Khushi. Tapi, Pooja yang malah cemburu berat ngeliat mereka jadi kesempatan Raj yang minta Khushi tetap bersandiwara sebagai calon istrinya.

Ini adalah film komedi romantis pertama Ajay Devgan yang khusus berpasangan sama Rani Mukherji (sepupu istrinya). Meski temanya rada standar komedi romantis Bollywood, tapi film Chori Chori gak terlalu jambu. Alur ceritanya malah rada kayak serial drama Korea, manis and menggelitik. Setting of placenya diambil di Shimla and bener-bener memperlihatkan nuansa Shimla yang natural. Sayangnya, film ini gak sukses walau ceritanya bagus. Kabarnya coz sang produser kehabisan uang selama produksi yang ngalangin mereka buat gencar promosi. Tapi gak usah khawatir, gak sukses gak berarti gak bagus kan??? Filmnya Milan Luthria ini teteup muaniss kok buat ditonton. So Sweeeeeeeeet dech!!   

Hulchul

Duh duh, syusyah juga ya kalo dua keluarga bermusuhan and diturunkan ke generasi berikutnya. Di masa lalu, Balram (Jackie Shroff), kakak tertua Jai (Akshaye Khanna) jatuh cinta sama ibunya Anjali (Kareena kapoor). Alhasil terjadilah aksi culik menculik. Jelas neneknya Anjali, Laxmi Devi yang gak terima berusaha misahin mereka. Akibat kecelakaan yang gak disengaja and kesalahpahaman, ibu Jai terbunuh di pesta pernikahan orangtuanya Anjali yang dilakukan secara paksa. Ini bikin ayah Jai (Amrish Puri) bersumpah kalo semua anak laki-lakinya gak akan pernah menikah untuk selamanya. Hulchul, dimainkan sama Akshaye Khanna sebagai Jai and Kareena Kapoor sebagai Anjali yang pura2 saling jatuh cinta cuma demi membalas dendam kehormatan keluarga yang terhina, tapi mereka malah kecemplung jatuh cinta beneran. Terus, gimana donk???

Mungkin fenomena semacam ini emank banyak terjadi di India kali ya?? Tapi kemasan film yang satu ini menggelitik banget. Kayaknya Mr. Priyadarshan sengaja mengambil semua aspek yang umumnya ada di film2 Bollywood untuk dimasukkan di film Hulchul. Ada aksi adu fisik ala Akshay Kumar tahun 90an, cinta tanpa restu ala Aamir Khan sampe komedi rakyat ala Priyadarshan sendiri (hehee...). Sama seperti semua film2 Priyadarshan. Ngambil setting ala kota kecil di India, Hulchul dikemas penuh dengan kehebohan dan banyak bintang komedi kayak Paresh Rawal, Shakti Kapoor, dan Arshad Varsi yang muncul di dalamnya. Film komedi sarkas yang sebenarnya banyak mengandung pesan moral and kritik sosial ini emank pantas banget kalo sukses banget di tahun 2004. Dialog plus adegan komedinya yang ringan dan natural bikin film ini FRESH dan sangat menghibur buat ditonton kamu yang suka ketawa.   

Taal

Manav (Akshaye Khanna) pulang dari Amrik ke kampungnya di Shimla. Di sana dia jatuh cinta sama Mansi (Aishwarya Rai-Bachan), putri seorang musisi tradisional yang disegani. Tapi perbedaan status sosial bikin ayahnya Manav gak ngasih restu sama hubungan mereka. Kecewa setelah ditolak and diusir sama keluarga besarnya Manav waktu berkunjung ke Mumbay, Mansi and ayahnya lantas ketemu sama Vikram Kapur yang juga seorang musisi. Dia ngenalin mereka dan ngajak gabung sama studio musiknya. Bersama, mereka ngadakan pertunjukkan2 musik spektakuler keliling India. Kebersamaan ini akhirnya bikin Vikram jatuh cinta sama Mansi. Jelas Manav musti berjuang keras supaya bisa ngembalikan cintanya Mansi lagi.

Harus diakui, kalo tema ceritanya memang rada basi, tapi kelebihannya ada pada bagaimana film dibuat. Kemasannya lebih ditekanin di bidang musik. Secara kan film yang disutradarai sama Subhash Ghai ini juga ditanganin langsung sama Javed Akhtar yang jelas2 musisi kenamaan di Bollywood. Musik and tarian gak ditampilkan secara biasa melainkan dibuat jadi semacam pertunjukkan yang berbau teatrikal. Buat kamu yang punya toleransi gede sama musik campuran antara tradisional and kontemporer, dijamin bakal suka sama film ini. Lagunya bagus2 and gambarnya juga gak ngecewain.   

Salam E Ishq (a tribute to love)

Film ini jelas2 dibuat kelewat mirip sama versi aslinya, Love Actually. Cerita tentang pasangan suami istri Anil Kapoor-Juhi Chawla yang dilanda isu perselingkuhan, Salman Khan-Priyanka Chopra yang pura-pura pacaran demi popularitas, John Abraham yang berusaha ngembalikan ingatan istrinya (Vidya Balan) yang hilang, Akshaye Khanna-Ayesha Takia yang gak kunjung menikah, terus ada si supir taksi yang jatuh cinta sama cewek bule penumpangnya (Govinda-Shannon Vera), plus satu pasangan gak penting Sohail Khan-Isha Koppikar yang pengantin baru.

Film ini kental banget nuansa Bollywoodnya. Hampir keseluruhan syutingnya diambil di Inggris. Warna-warna cerah and tarian masal mendominasi tampilannya. Mata penonton disejukkan juga sama penampilan multi staters yang ada. Tapi gak sedapnya adalah, rumor yang beredar bilang kalo film ini gagal total. Maybe it’s b’coz mereka dah mengorbankan banyak budget untuk membayar pemain, and syuting di luar negeri, sementara oplah yang didapatkan dari biaya yang jor-joran gak bisa ngembalikan modalnya. Ini jadi bukti kan, gak selamanya bertaburan bintang bikin sebuah film sukses. Tema and orisinalitas berperan banget, secara penonton sekarang jauh lebih cerdas daripada dulu.

Chandi Chowk goes to China

Akshay Kumar is back! Kali ini beraksi sebagai Siddu, si tukang potong kentang dari kota Chandni Chowk - India. Bosan sama hidupnya yang gak berkembang, Siddu akhrinya terpengaruh sama bujukan guru spiritual ngaconya, Chopstick (Sumpit), supaya pergi ke China. Di sana sudah ada sekelompok orang desa yang menunggu dan menganggap kalo dia merupakan reinkarnasi dari Liu Sheng, penjaga desa mereka di masa lalu. Meskipun kini lahir kembali sebagai orang India, masyarakat desa percaya kalo Siddu bisa menyelamatkan mereka dan berharap Siddu bisa membantu mereka mengalahkan Ho Jo yang sudah memperbudak mereka selama ini. Pertemuannya sama Sakhi (Deepika Padukone) yang juga harus pergi ke China membawa dia ke dalam petualangan berbahaya sekaligus menggelitik di mana dia juga ketemu sama Sakhi yang kali ini malah bernama Suzy. Siapa Sakhi yang sebenarnya? Kenapa dia nyamar jadi cewek tionghoa segala ya???

Chandni Chowk to China adalah film besutan sutradara Nikhil Advani yang naskahnya ditulis Shridhar Raghavan dan Rajat Aroora, sementara produsernya yakni Ramesh Sippy dan Mukesh Talreja. Setting of placenya dilakukan di India dan China. Film ini lucu banget, kalo dipikir2 kayaknya Akshay Kumar emank lebih cocok main film komedi daripada film2 seriusnya yang seringkali malah biasa2 aja. Chandni Chowk to China diedarkan oleh Warner Bros Pictures dan mendulang sukses di seluruh dunia.

8 x 10 Tasveer

Gimana ya rasanya kalo punya indera ke enam alias cenayang. Bisa jadi beban atau anugerah. Itu yang dirasain sama Jai (Akshay Kumar). Kehilangan saudara kembarnya secara tragis sewaktu dia masih kanak-kanak malah bikin Jai yang setelah dewasa bekerja sebagai polisi hutan di salah satu kota kecil di AS bisa ngeliat masa lalu hanya lewat sebuah foto. Dia sering banget diminta orang untuk bantu nyelesaikan problem mereka. Tapi masalah yang sebenarnya muncul setelah kematian ayahnya karena kecelakaan misterius. Jai yakin sepenuhnya kalo ayahnya dibunuh dan dia berusaha mencari tahu sementara semua orang bilang kalo idenya itu gila. Dan satu2nya orang yang meyaksikan kecelakaan itu malah takut waktu ketemu dia. Kenapa saksi mata itu mati bunuh diri gak lama setelah ketemu Jai? Kenapa ada orang yang berusaha membunuhnya? Siapa pembunuh yang sebenarnya? Apakah itu rekan2 bisnis ayahnya, atau bahkan ibunya sendiri yang ternyata selingkuh sama salah satu rekan ayahnya? Kenapa dalam penglihatannya, Jai ngeliat dirinya sendiri sebagai penyebab kematian sang ayah?? Banyak amat ya pertanyaannya, nah itu dia yang patut dicari tau!

Film tegang besutan sutradara Nagesh Kukunoor dan di produksi sama Percept Picture Company ini layak banget buat ditonton. Selama nontonnya, dijamin gak ada adegan joged2 (better gitu kali ya? Kalo sampe ada joged2 gimana coba, gak jadi tegang kan? :P). Di sini Akshay Kumar berpasangan sama Ayesha Takia yang aktingnya gak sia-sia. Meskipun umur mereka terpaut jauh banget, tapi tetep cocok. Setting of placenya berlatar belakang kota kecil di AS yang menambah kesan misterius. Intriknya digarap dengan bagus, so banyak kejutan plus misteri yang bisa didapat sama penonton, bahkan adegan mengharukan di akhir cerita. Poko’nya, perlu dech nonton film ini. Okey!!

Joodha Akbar

Hrithik Rhoshan dan Aishwarya Rai-Bachan memainkan peran sebagai Raja Jalalluddin Muhammad Akbar dan Ratu Jodha Bhai. Berkisah sejarah dari abad ke 1526-1858 M pada saat Dinasti Mughal berkuasa di India. Sepeninggal ayahnya, Maharaja Humayyun, Jalalluddin Muhammad (1556-1605 M) diserahi tugas meneruskan cita2 para pendahulunya untuk menyatukan seluruh India dibawah kekuasaaan Mughal. Dan impian yang tinggal selangkah lagi itu nampaknya dapat diwujudkan jika mereka mampu menaklukkan kerajaan Rajput yang notabene menguasai banyak kerajaan kecil di India. Demi menghindari adanya pertumpahan darah serta kelangsungan kekuasaannya, Raja Rajput kemudian bersedia tunduk dibawah Mughal dengan syarat bahwa Raja Jalalluddin mau menikahi putrinya. Banyak kalangan konservatif yang menentang ide ini, karena putri Jodha yang beragama Hindu, mereka berspekulasi bahwa ini hanyalah pernikahan politis yang bertujuan melemahkan Mughal. Namun demi ambisinya, Jalalluddin akhirnya bersedia meskipun perlu waktu lama baginya untuk menaklukkan hati sang istri yang sebenarnya menentang pernikahan paksa itu. Kehadiran Jodha ke istana tentu saja tidaklah mulus. Kisah cinta Jodha-Akbar diwarnai banyak intrik politik serta perebutan kekuasaan.

Walau bersetting sejarah dinasti Mughal, film Jodha Akbar sebenarnya gak sepenuhnya fokus sama sisi sejarah layaknya film Brave Heart. Film malah lebih kental sama nuansa romantika cinta dua sejoli. Yach tentu aja kali ya? Judulnya aja udah Jodha-Akbar, bukan The Legend of Jalalluddin Muhammad Akbar (hehehee...). Tampilannya amat W.A.H demi mendapatkan kesan apik tentang kejayaan dinasti Mughal masa itu, baik dari segi seni dan budaya (lumayan). Tapi baiknya kalo penonton sehabis nonton film ini mencari tahu lebih banyak soal sejarah Mughal India, coz penggambaran film ini gak sepenuhnya objektif atau jujur sama beberapa fakta sejarah era Jalalluddin Muhammad Akbar(penulis agak menyayangkan). Musiknya tentu aja kental banget sisi tradisionalnya, tapi jangan kuatir, bagus2 kok. Yah, buat kamu yang emang suka drama, bakal suka sama kisah cinta yang sangat romantis ini. Siap-siap aja sama long-long durationnya.   

Hungama

Hidup di Mumbay yang keras memaksa Anjali (Rimi Sen) dan Nandu (Avtab Shivdasani), si pekerja serabutan, pura-pura jadi suami istri supaya bisa tinggal di rumah kontrakan milik Tuan Popat yang cuma nerima mereka yang udah berkeluarga alias maried. Anjali yang sangat perlu kerja kemudian berusaha minta pekerjaan sama Tn Radhesam Tiwari (Paresh Rawal) yang kaya raya. Sehabis di usir istri Tn Tiwari yang cemburu dan nekat tetap nunggu Tn Tiwari keluar, dia ketemu sama Jitu (Akshaye Khanna). Setelah gagal dapat kerja di urmah Tn Tiwari, Anjali nyoba lagi ngelamar kerja di sebuah toko elektronik milik Jitu. Jitu yang mengira Anjali anaknya Tn Tiwari akhirnya ngasih dia pekerjaan itu, and bahkan PDKT segala. Diwarnai banyak kesalahpahaman bikin jalan ceritanya menggelitik. Ada Nyonya Tiwari yang cemburu sama Anjali, Tn Tiwari yang ngira istrinya selingkuh sama Jitu, and Tn Kachra yang ngira anaknya bertunangan sama anak Tn Tiwari padahal ngak. Ini nich akibatnya kalo semua orang gak mau apa adanya and punya kebiasaan suka bohong. Berabe kan jadinya. Untung gak ada korban jiwa segala, yang ada malah acara kesetrum bareng yang bikin ngakak. Tapi ngomong2, siapa ya yang akhirnya dapetin cintanya Anjali. Jitu ato Nandu??? Kalo Erline sich mungkin pilih Nandu kali ya, tapi kalo Nurul sich milih Jitu aja dech. Hehee..

Film ini juga disutradari sama om Priyadarshan. Kalo kamu dah nonton beberapa filmnya pasti mulai kenal dech sama gayanya yang khas. kayaknya jalan cerita di atas deket banget sama kehidupan sehari-hari kita. bayangin aja, banyak loh orang yang suka panas hatinya, padahal pemicunya cuman gara2 salah paham doank. atau ada juga orang2 yang egois n pengen cepet kaya tanpa kerja (termasuk kami nich kalo bisa. hehee). nah, fenomena2 macam ini yang sebenernya coba diangkat sama film Hungama. tapi alih-alih ngambil sisi seriusnya, Priyardshan lebih milih ngeliat situasi ini dari sisi lucunya. Well, Hungama juga melambungkan nama Rimi Sen sebagai pendatang baru di Bollywood. Oh ya, Hungama artinya adalah Kehebohan

The Producers

Yash Chopra

Dia produser yang berani modal budget gede hampir disetiap filmnya. Film2 produksi om Chopra adalah jaminan mutu kalo pengen nonton film dengan gambar-gambar yang bagus meskipun kadang tema and alur ceritanya gak terlalu bagus atau malahan ada yang jiplakan. Tapi Yash Chopra itu produser yang pintar ngeramu tema contekan jadi beda coz warna Bollywoodnya yang kental abis. Ada lagi nilai plusnya, Yash Raj film gak kalah sama Real Madrid yang bertabur bintang2, nah rumah produksinya selalu majang bintang-bintang terkenal walau film2nya yang mostly berbau romantisme kadang rada standar atau kurang bagus. Meskipun begitu, rumah produksi mereka juga punya banyak film2 yang keren kualitasnya. Rumour has it, Salman Khan gak pernah mau main buat rumah produksi ini coz isu yang gak jelas (penulis masih nyari tau, hehee..) Contoh; Dilwale Dulhania Le Jayenge, Fanaa, Mohabbatein, Saathiya.

Yash & Karan Johar

Nah, film2 mereka sebenernya gak beda-beda amat sama yang dibuat rumah produksi Chopra; tema film yang rata-rata melulu kisah cinta, musik bagus, gambar bagus, dan bertabur bintang terkenal, kecuali ada sedikit judul yang film yang temanya beda macam film Kaal and Qurbaan. Makanya orang sering nyebut dua rumah produksi ini Chopra and Johar Camp. Karan Johar lebih dulu jadi sutradara and yang produser malah bokapnya, Yash Johar. Sekarang Yash udah meninggal, digantikan sama Hiroo Johar, kakaknya Karan. History has it, Karan Johar dulunya pernah jadi asistennya Aditya Chopra. So, pas bikin film dia banyak ketularan gaya Dinasti Chopra sampe sekarang. Salah satu film fenomenal Karan Johar di tahun 2010 adalah My Name is Khan. Film ini mungkin dibuat berdasarkan pengalaman Shah Rukh Khan pribadi yang pernah berjunjung ke AS di tahun 2009 and diinterogasi sama polisi setempat selama 60 menit, just b’coz namanya mirip sama nama daftar teroris yang sedang dicari pemerintah AS (kejam banget kan…, nama boleh beda donk, tapi masa’ mereka gak ngenalin the King Khan Bollywood sich! Wekwekwkk...). Contoh film lainnya; Kuch2 Hota Hai, Kal Ho Naa Hoo, Dostana, Kabhi Alvida Na Kehna, Kabhi Kushi Kabhi Gham.

Mahesh & Mukesh Bhatt (The Bhatt Brothers)

Bhatt brothers punya ciri yang relatif beda sama kebanyakan produser film Bollywood, khususnya Chopra and Johar Camp. Why? Coz,, mereka bukan tipe produser yang cuma jualan gambar and filmnya juga minim joged-joged. Tapi mereka termasuk dua orang yang berani memproduksi film-film bertema and beradegan beda dari umumnya film2 Bollywood. Tapi, ada sayangnya nich. Tema-tema film mereka banyak juga yang jiplakan film2 Hollywood, eventhough gak semuanya. Jaminan mutu mereka ada di musiknya yang bagus-bagus. Konon kabarnya di India sana, saingan terberat mereka di kategori musik adalah Yash and Johar Camp. Bhatt brothers pernah bermasalah sama badan sensor di India coz dianggap sering menampilkan adegan yang dianggap vulgar buat ukuran India (macam Indonesia juga lah), tapi akhirnya rumah produksi ini justru jadi pendobrak coz yang lain pada ngikut (resensi ini ditulis secara objective. Bukan artian penulis pro vulgarisme). Pendobrak di sini maksudnya, banyak rumah produksi lain yang sekarang mulai memperbaiki mutu tema film2 mereka. However, we have to confess, dengan tema jiplakan and dianggap vulgar, film2 mereka emank layak banget di tonton. Vulgarisme mereka gak sekedar trik marketing macam film2 ‘gak penting yang akhir2 ini menjamur di negara kita, tapi jadi inti cerita yang penting (bukan adegan mubazir gak penting dengan pemain gak penting di judul film yang gak penting pula, hahahaa…). Sebenarnya, tema film2 mereka lebih nekanin ke thrillernya (tegang). Contohnya; Zeher, Gangster, Footpath.

Vidhu Vinod Chopra

Kalo dengar nama produser yang satu ini sering dikira masih ada hubungan sama klannya Yash Chopra. Padahal cuman namanya doank yang sama. Dia punya karakter yang beda banget sama Yash Chopra dalam film2 yang diproduksi. Produser ini termasuk lebih idealis dari yang lain2. Idealismenya gak cuma di segi tema yang orisinil tapi juga kombinasi pemilihan pemain yang unik, musik bagus (walau less comersil among youths), plus di saat pilihan lokasi syuting di luar India sedang trend di Bollywood, Chopra yang satu ini justru pede sama lokasi syuting dalam negerinya yang ditonjolkan di banyak filmnya. Meski idealis, gak berarti film2nya kurang komersil, malahan film2 mereka ini yang dibilang film bagus, gambar bagus, pemain bagus, cerita juga bagus, and sukses luar biasa. Ferfecto! Sementara banyak rumah produksi lain yang berpikir idealisme bikin film gak laku, malah sebaliknya buat Vidhu Vinod Chopra ini bawa hoki sekaligus mendulang pujian kritikus. Contohnya; 3 (three) Idiots, Munnabhai M. B. B. S, Lage Raho Munnabhai.

The Directors

Priyadarshan

Priyadarshan adalah sutradara kenamaan India yang kadang2 juga bisa jadi produser. Hampir tema2 film Sir Ji yang satu ini mudah dicerna dan menyentuh. Selalu ngambil topik kisah sederhana tapi bernilai besar yang inspirasinya datang dari keseharian dan budaya masyarakat India kebanyakan. Priyadarshan selalu bisa menggambarkan nuansa India dan culture masyarakatnya yang kental tanpa kepura-puraaan alias natural bangetz. Dan dia juga gak pernah lupa untuk selalu menyelipkan selera humor yang kental di semua filmnya. Nonton film2nya Priyadarshan rasanya kayak nonton masyarakat India langsung. Jangan lupa pesan moralnya juga bagus. Contoh: Bhagam Bhag, Billu Barber, Hulchul, Bhool Bhulaiyaa, Hungama,

Eiitss, ini belum selesai nich. Just wait kelanjutannya. To be continued...
C U in PART TWO yaa,,,

THE JEANS OF RIDDICK Check out!! Sudahkah Jeans mu ramah lingkungan?

THE JEANS OF RIDDICK
Check out!! Sudahkah Jeans mu ramah lingkungan?

Dulu jeans dibuat untuk memenuhi keperluan yang terbatas dari para pekerja pertambangan. Namun kini jeans telah memainkan peran yang sangat besar dalam keseharian manusia. Dewasa ini jeans telah dikenakan oleh semua orang di seluruh dunia yang ingin tampil kasual dan trendi. Namun tahukah anda bagaimana jeans dihasilkan?
Para pengamat lingkungan beranggapan bahwa sebuah pabrik penghasil jeans tak ada bedanya dengan pabrik pembuat bahan kimia yang paling berbahaya. Mengapa?
Jeans tentu saja pertama-tama dihasilkan dari kapas. Perkebunan-perkebunan kapas dibuat diatas lahan yang mengorbankan hutan kita. Setiap tahunnya, hektaran hutan dibuka bagi perkebunan kapas. Tanaman kapas terutama banyak dihasilkan di Amerika Selatan, India dan Afrika. Fakta menyebutkan bahwa untuk menghasilkan satu kilo kapas non-organik diperlukan pelepasan hampir seliter pestisida serta duapuluh lima liter air per tahun.
Angka-angka ini cukup menggenaskan untuk ukuran negara-negara seperti India serta Afrika di mana air adalah sumber daya yang paling berharga serta mahal. Setelah dipanen, kapas kemudian dikirim ke negara-negara pemintal, dan di sini kapas-kapas itu harus dicelup ke dalam zat pewarna yang kebanyakan prosesnya tidak ramah lingkungan karena residu hasil pencelupan tidak melewati proses pengolahan limbah. Zat kimia pewarna tekstil yang berbahaya bagi manusia serta alam langsung dibuang ke sungai ataupun laut. Inilah yang menjadikan kain katun dan jeans yang paling kita sukai sungguhnya termasuk yang paling tidak ramah lingkungan.
Untuk sebuah perkebunan kapas yang menghasilkan berton-ton kapas per tahun memerlukan jutaan liter air dan jutaan liter pestisida, dan pabrik pengolahan jeans menghasilkan berton-ton limbah pula per tahun, belum lagi jumlah energi yang harus digunakan. Kebutuhan manusia akan jeans semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kini Jeans dipakai oleh jutaan manusia di seluruh dunia. Tahukah kita bahwa 70% oksigen dihasilkan oleh hutan hujan tropis dan bahwa hanya sebesar 30% dari air yang ada di muka bumi yang dapat kita manfaatkan.
Katarine E. Hamlett menuturkan dalam http://katharinehamnett.com/ sebagaimana dikutip dari www.QBheadlines.com, dari produksi kapas konvensional, 100 juta orang petani kapas konvensional yang menerapkan pertanian intensif, dari Rusia ke Afrika Selatan sedang hidup dalam kondisi kemiskinan dan dekat dengan kelaparan. 20.000 orang meninggal setiap tahun dari keracunan pestisida dan 1.000.000 orang lagi setahun menderita karena keracunan pestisida jangka panjang.
Bahan - bahan kimia yang digunakan selama proses pembuatan bahan - bahan dan pakaian ini, akan terus ada dan akan terus memberikan dampak pada penggunanya. Karenanya semakin sering kita dengar ada anak - anak dengan kesehatan yang kurang baik, harus menghindari penggunaan produk - produk berbahan dasar kapas, ataupun alergi terhadap kapur barus, dan lainnya.
Proses itu tidak cukup sampai di sini saja. Setelah dicelup, kapas yang akan dibuat menjadi jeans ini masih harus dikirim lagi ke negara-negara lain yang khusus membuat jeans. Inilah proses pengolahan yang paling mengerikan dari keseluruhannya. (Mulai saat ini bertanyalah pada dirimu sendiri, apa jenis jeans yang sedang trend serta jeans yang mana yang jadi favoritmu!) Setelah dikirim dari negara pemintal, kapas diolah menjadi jeans sesuai selera konsumen melalui 50 kali proses pengolahan dengan ragam bahan kimia yang berbeda. Mulai dari proses pemotongan, beragam pewarnaan ulang, hingga proses pemberian efek sehingga jeans terlihat belel, kubas, mengilat, dan macam-macam lagi sehingga menjadi jeans seperti yang kita pakai sekarang.
Pikirkan, betapa konyolnya permintaan atas trend jeans kita. Hanya untuk selembar jeans kita telah mengorbankan begitu banyak hal yang dimiliki oleh bumi. Pabrik-pabrik pengolah jeans ini juga tak jauh berbeda dengan pabrik-pabrik di mana kapas dicelup dan dipintal. Sangat sedikit sekali dari mereka yang memberi perhatian pada usaha untuk mengolah limbah buangan sehingga tidak menyebabkan pengrusakan alam. Meskipun demikian terdapat pula beberapa yang melakukan pengolahan limbah secara tepat. Namun kebanyakan dari mereka membuang limbah berbahayanya langsung ke sungai atau laut. Laut atau sungai yang tercemar menjadikan sumber daya di dalamnya seperti air dan ikan berbahaya untuk dikonsumsi. Sangatlah penting bagi kita kini untuk memberi perhatian yang besar pada apa yang kita pakai hari ini mengingat dampaknya terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Dan jeans hanyalah satu bagian saja dari mata rantai siklus pengrusakan bumi oleh manusia.
Namun isu ini bukan tanpa perjuangan sama sekali, para pecinta lingkungan pada masa kini tengah giat dalam usaha mengkampanyekan penanaman kapas serta pembuatan jeans secara organik di seluruh dunia. Sebuah sistem pertanian yang menghindari pengunaan pestisida serta pemanfaatan air yang berlebih-lebihan. Mereka juga menyarankan kepada kita yang menyukai jeans belel agar pergi ke flee market atau pasar barang bekas di mana dapat memperoleh jeans yang sama belel namun masih layak pakai.
Gaya hidup kita sekarang cenderung menyukai produksi serta konsumsi yang berlebih-lebihan dari yang sesungguhnya kita perlukan, dan ini tidak hanya terjadi pada konsumsi jeans. Ini saatnya kita belajar bahwa setiap keputusan yang kita
buat memiliki dampak kepada bumi, bahkan pada selembar T-shirt dan jeans berbahan dasar katun yang kita pakai. Semua ini adalah untuk mengembalikan keasrian serta keseimbangan bumi kita. Go Green is started today and begun from the smallest things we can.
Berikut saran kecil go green yang bisa di lakukan:
Kurangi membeli jeans baru
Modifikasi pakaian lama agar menjadi baru
Kurangi berkendara bila tidak perlu
Matikan lampu yang tidak terpakai (beralih ke lampu LHE daripada pijar)
Gunakan shower untuk mandi alih-alih bath up atau gayung (hemat air)
Buang sampah ditempat yang benar dan kalau bisa pisahkan jenisnya
Recycle kertas bekas untuk dipakai kembali
Setting power monitor komputermu supaya hemat energy (liat properties), kalau memang harus jeda cukup lama mendingan matikan saja.
Matikan TV kalau tidak ditonton dan jangan nonton TV saat mengantuk (kita sering lupa mematikan)
Menanam pohon atau tanaman kecil lain seperti bunga sangat baik
Sesuaikan tingkat dingin lemari es dengan kebutuhan isinya (kalau isinya cuma botol air, yang rendah aja ya)
Kalau tidak bisa berhenti, kurangi merokok donk (asapnya itu lo!)


Fakta: Sebenarnya pengembangan terhadap bahan bakar ramah lingkungan bukan tanpa resiko loh! Bahan bakar organik kebanyakan dihasilkan dari tanaman yang selama produksinya memerlukan pembukaan lahan dan air yang banyak.