Rabu, 10 Februari 2010

Aden’s Beauty

Mother
What can I see from those eyes?
I see the Nile over there
Tears that will never enough for me
Even though you always cry
In my happiness and my sadness

I can’t compare you
With the beautiful sheaths of a Rose that falling
Because I never see you fall
You’re not as the same as flowers’ fragrance that gone when the wind blow it
Because I always remember how charm your fragrance is

Mother
Is it wrong if I wished that you would live forever?
Only to pray for me
Because you told me that you always call my name when you praise the Lord
Wishing that you can take all of my suffer on your shoulders
Giving all of your happiness in my arms

But I know, He will never give me any permission
To have the universe and give it to you
Hoping I can pay forward to all the love on earth and heaven you’ve given to me
If only you want to stay

The beautiful light of the night
I hope will always shining on you
The trees will always receive you pleasantly
Every time you sit bellow
Wish you’ll have all the comforts of the after life

Mother
Nothing and no one could compare you
They never be the same
For the light you have that comes from The Owner
For your light is the beauty of Aden

April 12th 2004

I wrote it firstly when my mother was struggling with her Illness
She couldn’t survive after four months fought on her bed
She passed away on April 23rd 2004 and I wasn’t there when she was gone
I wish a lot I could stay and fought with her
But perhaps, she’d made a promise with Him not to le me saw it
‘Coz she might know how much it would break my heart
~To all the love of every mother in the world~ I love you

Karir, bentuk perlindungan diri oleh Ego

Apa Ego itu? Mungkin kita lebih mengenalnya dengan istilah “Aku” atau berbagai hal yang berhubungan dengan “rasa kedirian” (egoisme) yang ada dalam diri manusia. Menurut Eckhart Tolle, ego secara bahasa dapat dikatakan dengan istilah “Saya”, “Milikku” dan “Diriku”. Ia juga berpendapat bahwa “Aku” dalam penggunaan normal setiap hari mengandung kesalahan primordial, suatu kekeliruan persepsi tentang diri anda sebenarnya, suatu rasa atau identitas ilusioner atau palsu, inilah yang disebut dengan “ego”. Kenapa dia bisa menjadi sesuatu yang ilusioner atau palsu, karena ego sebenarnya bukan merupakan bagian dari diri sejati anda, ia layaknya benalu yang mendapatkan tubuh inang dan makanannya dari energi negatif kita.
Ego seringnya memainkan begitu banyak peranan dalam kehidupan anda ataupun juga saya. Bahayanya adalah ego telah hadir lewat banyak peranan dari hidup manusia yang berimbas pada terciptanya sebagian besar kekacauan serta reaksi negatif berdampak fatal yang timbul di muka bumi. Seperti; perang, penghasutan, pengrusakan diri, tindak kriminal, teror, anarkisme, ekstrimisme, dan sebagainya.
Isi dan struktur ego muncul dalam bentuk pikiran yang beridentifikasi dengan benda-benda (fisikal) yang duniawi. Benda-benda ini akan berbeda-beda dari satu pribadi ke lainnya, sesuai umur, gender, kelas sosial, tren, latar belakang budaya, latar belakang spiritual, dan lain-lain. Hal-hal tersebut itulah yang dinamakan dengan isi, sedangkan dorongan (pikiran) untuk melakukan identifikasi itu yang bersifat struktural.
Bentuk-bentuk ego bisa diidentifikasi dalam; kemarahan, kebencian, keluhan, kecemburuan, ketidakpuasan, ketidakbahagiaan, kebosanan, rendah diri, sombong, gengsi, dan lain-lain. Sedangkan peranan ego bisa dalam bentuk karir, jabatan, kedudukan, atau posisi apapun yang tengah kita mainkan sekarang. Bisa jadi itu adalah kita sebagai; orang-tua, anak, guru, dokter, pengacara, karyawan, artis, polisi, politisi, dan banyak lagi. Tapi sekarang kita akan bicara tentang ego dan kaitannya dengan karir beracun dimana karir sebagai bentuk perlindungan diri oleh ego.
Ego oleh Tolle dikatakan selalu membutuhkan suatu peranan agar kebutuhannya tercapai, baik itu material, kekuasaan, superioritas, atau keistimewaan, bisa jadi bersifat fisik atau psikologis. Dan peranan-peranan ini banyak dimainkan hanya dengan tujuan mendapatkan perhatian dari pihak lain. Barangkali pula ego telah mengambil bentuk peranannya dalam karir kita. Bagaimana bisa?
Begitu banyak orang yang mengidentifikasi karir mereka sebagai sebuah peranan alih-alih fungsi. Egoisme mengisiki kita bahwa fungsi kita itulah peranan kita, meskipun pada dasarnya keduanya terpisah. Lalu apa perbedaan antara peran dan fungsi? Peran adalah menjadi apa kita, tapi fungsi adalah apa yang seharusnya menjadi tugas kita. Peranan dapat menjerumuskan kita pada sikap terlalu berlebihan dari fungsi itu sendiri.
Karir beracun bisa dikaitkan dengan makna pekerjaan yang; tidak anda nikmati, tidak anda inginkan, menghambat perkembangan anda sebagai manusia, atasan yang menyebalkan, gaji rendah, rendahnya kesempatan promosi, rekan kerja egois dan masih banyak lagi istilah lainnya, bergantung pada masalah yang muncul pada tiap-tiap individu itu sendiri. Dalam kata-kata kalau bisa saya tuliskan mungkin bunyinya akan demikian; “Pekerjaan ini sangat membosankan”, “Aku lelah dengan keadaan yang begini-begini saja”, “Kenapa bos ku orang yang sangat cerewet dan penuntut”, “rekan kerjaku selalu membuatku kesal”, “gaji ku terlalu sedikit”, “Aku benci pekerjaan ini”, “aku bosan harus mengerjakannya setiap hari”, “karir ini begitu menyebalkan”, dan lain-lain.
Rata-rata kekuranghati-hatian manusia adalah memposisikan karir sebagai sebuah peran alih-alih sebagai fungsi yang ingin kita capai. Jika kita mau jujur pada diri sendiri, berapa banyak dari kita yang sungguh-sungguh menikmati peranan dalam karir kita? Namun kita terus bertahan dengan asumsi rasa ketidaknyamanan sebagai tantangan dalam pekerjaan. Ketika kita menjadi menyerah pada keadaan yang sungguhnya membelit diri kita, merasa takut jika tidak memiliki status, kehilangan identitas diri dan nama baik, kekurangan secara materi, serta berbagai macam pikiran negatif lain yang berhubungan dengan kedirian / keakuan, maka itulah waktunya dimana karir menjadi sebuah perlindungan diri atau tameng yang sifatnya absurb atau palsu, dan pada saat itu pula ego bekerja. Ego mendapatkan energinya melalui perasaan-perasaan serta pikiran-pikiran negatif yang kita ciptakan sendiri. Ia berupa penyakit yang ada hubungannya dengan mental seseorang. Misalnya, berbuat kebohongan demi terlihat lebih penting, lebih baik, lebih tinggi, lebih khusus atau cuma demi sebentuk citra. Dan karir bisa menjadi salah satu pelarian ego yang paling nyata. tanpa diingini seringkali kita memberi umpan terhadap munculnya ego dengan secara tidak sadar berbahagia menyalahkan keadaan.
Namun sering pula kita melihat ada orang yang benar-benar melakukan pekerjaan mereka dengan segenap hati, mereka terlepas dari semua keinginan-keinginan diatas kecuali ingin memenuhi fungsi mereka. Bekerja demi pekerjaan itu sendiri, tidak mencari jati diri apapun dalam karir karena mereka merasa telah menemukan apa yang tepat, menerima dan menyatu dengan pekerjaan sesuai apa yang telah ditawarkan alam pada mereka. Meyakini seutuhnya bahwa inilah jalan mereka, tak peduli apa pendapat orang luar tentang itu. Tolle berpendapat bahwa “Setiap orang yang menjadi satu dengan apa yang dilakukannya sedang membangun suatu dunia baru”.
Terdapat pula orang-orang yang tampak dari luar tengah melakukan kerja mereka dengan sangat bagus, namun ini hanyalah secara tehnisnya saja. Karena di dalamnya ego terus menjadi halangan bagi mereka untuk mengembangkan sayap, khususnya dalam bidang karir yang mereka geluti. Kebutuhan untuk menjadi diakui secara personal, kehausan demi meraih materi maupun kekuasaan dan perhatian yang tidak pernah menemukan kata cukupnya bagai tembok batu di depan wajah mereka yang tak diketahui kata kunci untuk membukanya. Rasa kedirian kita menentukan apa yang kita lihat sebagai kebutuhan-kebutuhan kita dan apa yang penting dimata kita secara pribadi bagi kehidupan. Apapun juga itu yang menurut pikiran kita penting, maka ia akan memiliki suatu kekuatan untuk menyatukan emosi yang mengganggu (Eckhart Tolle). Ego menggiring kita pada suatu konsep bahwa hal-hal tersebut di ataslah yang sejatinya merupakan tujuan utama kita. Inilah yang dinamakan Tolle dengan “Saat kerja tidak lebih dari sebuah sarana untuk mencapai suatu tujuan, ia tidak akan pernah berkualitas tinggi”, karena ia bukan suatu pemenuhan fungsi jiwa. Itu merupakan dampak dari ketika kita merasa segala hal berjalan dengan buruk, di luar kendali, rencana, serta keinginan kita. Dengan demikian pilihan yang paling sering dilakukan orang adalah menjauh dan melawan keadaan alih-alih berdamai dengan keadaan itu sendiri. Namun harus disadari pula bahwa berdamai dengan keadaan berbeda dengan memaksa diri menghadapi. Karena berjalan di atas karir beracun memiliki makna jika kita rela untuk membuka diri pada dunia luar dari karir kita sekarang, keyakinannya adalah kita bisa mendapatkan manfaat yang lebih besar bagi keuntungan spiritual kita mungkin juga ditambah dengan material secara sekaligus dibandingkan jika kita terus bertahan.
Mari kita telaah, apakah ego yang memainkan peranan dalam karir kita atau tidak. Tilik kembali apa tujuan semula dari yang kita harapkan dengan pekerjaan ini. Apakah kita telah cukup dapat memenuhi fungsi kita alih-alih peranan kita? Jika jawabannya adalah “Tidak”, maka perananlah yang aslinya menjadi fokus kita, bukan fungsi yang ingin diisi atau dicapai oleh jiwa kita. Pertimbangkanlah, apakah baiknya kita mengambil sikap berdamai dengan keadaan tersebut ataukah memaksa diri untuk menghadapi dengan semua pil pahit, amarah, serta kebencian yang kita pertahankan.
Mungkin termasuk saya, mungkin juga termasuk anda, beserta kita turut pula jutaan orang lainnya di muka bumi, pada saat ini bekerja dan pada saat yang bersamaan juga berusaha menyembunyikan penderitaan atas pekerjaan, sayangnya ini banyak yang dilakukan seumur hidup, sepanjang usia kita bekerja. Berat untuk mengakui kalau kita tengah menyiksa diri. Apakah ini yang disebut dengan menerima? Jawabannya mungkin tidak, karena pekerjaan kita juga diiringi dengan membuat keluhan tentang apa saja. Dari hal yang paling kecil dan sepele apalagi hal yang besar lagi rumit. Mencoba-coba mengalihkan perasaan tidak nyaman lewat sikap yang menyalahkan keadaan, mengutuk apa saja dan siapa saja yang kita anggap telah membuat situasi kita menjadi sulit baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Inilah yang dimaksud dengan perilaku tanpa sadar berbahagia menyalahkan keadaan. Perilaku ini ada yang nampak jelas, samar-samar, dan tidak teridentifikasi sama sekali. Terlepas dari nampak ataukah tidak, kita sadari atau tidak, inilah wajah ego yang sedang memainkan perannya dengan menggunakan tubuh, jiwa, dan pikiran kita. Ia berusaha meyakinkan kita bahwa inilah hal-hal yang kita butuhkan dalam rangka merasa lebih baik meskipun hasilnya malah sebaliknya. Buruknya adalah, kita kecanduan dengan sikap mengasihani diri sendiri ini.
Ada saat dimana kita menyadari dan dengan jujur mengakui kalau kita telah menenggelamkan diri kita pada karir yang beracun. Meskipun kita tahu bahwa kita tak punya pilihan lain atau hanya pilihan karir inilah yang bisa kita dapatkan, banyak dari kita lebih suka tetap bersikap resisten sebagaimana telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Jika dua hal tersebut merupakan opsi terbatas kita, ada baiknya jika kita mencoba berdamai dengan keadaan saja dalam arti; pertama, menerima, bersikap lapang, dan terbuka dengan apa yang kita rasakan. Dalam buku The Secret oleh Rhonda Byrne dikatakan bahwa alam semesta selalu merespon positif sesuai dengan pikiran dan keyakinan positif / negatif kita terhadap sesuatu. Ketika kita berkata bahwa “Keadaan sangat kacau bagiku” maka semesta pun akan mengabulkan pikiran negatif ini secara positif “Ya, permintaanmu adalah keadaan sangat kacau bagimu, maka terimalah!”. Jika anda berkata “Aku tidak menderita / aku tidak memiliki penderitaan” maka semesta bereaksi dengan jawaban “Ya, aku menderita / aku memiliki penderitaan, inilah yang terjadi”. Pada dasarnya setiap kita tersusun atas energi yang sangat besar, maka ketika kita melakukan sesuatupun, kita sedang melontarkan energi kita ke alam semesta. Energi yang kita lontarkan ini kemudian akan berbalik kembali pada diri kita dalam bentuk energi lagi yang memengaruhi cara kita bertindak atas setiap hal dan ia bergantung seutuhnya pada seberapa positif atau negatif tindakan tersebut. Sementara “Semesta tidak mengenal kata negatif “tidak”, Itulah sebabnya mengakui secara positif terhadap hati nurani kita sangat penting. Dan kita tidak dapat melihat energi itu secara kasat mata kecuali memperhatikan ciri-ciri fisik dari apa yang telah kita hasilkan. Allah SWT berfirman; “Berbaik sangkalah terhadap Tuhanmu”. Bukankah tokoh Lintang yang jenius dalam novel Maryamah Karpov oleh Andrea Hirata juga pernah berkata bahwa “Kesulitan dapat dipecahkan hanya dengan mengubah cara pandang”. Tentu saja ini berlaku terhadap apa saja dimana pola pikir kita mempengaruhi segala sesuatu. Hidup seseorang menjadi baik akibat berpikiran baik, dan hidup seseorang menjadi buruk akibat berpikiran buruk.
Perlu diingat bahwa berpikir termasuk percaya, bertindak, dan berusaha, kita seringkali kurang begitu sadar akan hal ini. Jadi salah besar bila hanya harus duduk berpangku tangan lalu menunggu keajaiban datang. Namun dengan berpikir setidaknya telah mengantarkan diri kita selangkah lebih maju menuju kesadaran yang mengalirkan kepositifan datang ke arah kita. Salah satu tokoh kartun dari Nickolodeon yang saya tonton pernah mengatakan dialog yang saya sangat sukai yakni, “Aku tidak percaya pada keberuntungan, Aku percaya pada usaha”, katanya. Meskipun ini hanya kartun yang juga telah dibuat oleh orang lain tapi saya menyukai jalan cerita bagaimana pola pikir ini akhirnya membawa si tokoh pada pencapaian hidup yang luar biasa.
Ada suatu kasus dimana saya pernah berhadapan dengan seorang kolega yang mencoba mengutarakan semua alasan negatif atas kegagalannya meraih sesuatu. Tak satupun kalimat dari argumen-argumen itu yang pernah menyebut-nyebut bahwa ada sesuatu yang kurang dari percobaannya kecuali bahwa keberuntungan agaknya malas menyertainya. Dia senang berkata bahwa dia tak punya keberuntungan seperti yang dimiliki Andrea Hirata karena selalu saja sial. Dia menyalahkan segala hal kecuali pada apa yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Andrea Hirata memang menulis dalam bukunya bahwa semua pencapaiannya adalah keberuntungan yang ia miliki, tapi saya tak pernah sekalipun membaca bahwa keberuntungan itu datang sekonyong-konyong tanpa kerja keras tak kenal henti darinya. Mungkin ada baiknya jika kata-kata Andrea Hirata itu diartikan bahwa tak ada keberuntungan tanpa usaha karena mereka sungguhnya saling berkejaran. Keberuntungan dan kesialan bagai dua arah pada sebuah jalan yang bersimpangan. Mereka ada di depan mata kita, sedang menunggu dan sama-sama begitu menggoda, menggiurkan. Keputusan untuk mengejarnya ada di tangan kita. Untuk menjadi sial tak perlu banyak usaha, tapi untuk menjadi si beruntung kita harus mengupayakan segala daya. Itu sebabnya Tuhan berkata bahwa manusia dilahirkan dengan anugerah bukan keberuntungan, anugerah itu baik dan meminta untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya pula. Pikiran adalah anugerah, begitulah, ia tidak hanya memiliki sifat bekerja tapi juga harus dikerjakan. Hindari mencampur-adukkan pemahaman bahwa kita mendapat takdir beruntung atau tidak beruntung. Takdir adalah takdir saja, sisanya adalah kerja keras. Merubah keadaan harus lewat pola pikir yang percaya, bertindak, dan berusaha.
Kedua, berdamai dengan keadaan berarti melepaskan diri sama sekali dari keadaan yang membelenggu tersebut. Mencoba mengakui bahwa kita pasti bisa memperoleh kebaikan yang lebih besar jika berada di tempat lain dan membangun kehidupan yang baru. Pencarian sejati dan murni dalam hidup sejatinya takkan pernah berakhir, oleh karena itu manusia harusnya menyingkirkan keraguan. Pandanglah penderitaan sebagai sebuah pengalaman yang membangkitkan kesadaran kita akan hidup yang lebih baik. Maka, apabila ingin berdamai dengan keadaan yang membelit, kita harus menerimanya dengan lapang dada, dengan menyingkirkan semua emosi negatif, pikiran negatif, beralih pada membangkitkan emosi serta pikiran positif mengenai sesuatu. Dalam Islam inilah yang dikenal dengan istilah “Ikhlas” (Pasrah). Bukankah Islam bermakna pasrah. Saran The Secret, katakan pada diri sendiri hal-hal positif yang ingin kita dengar, yang bisa jadi terdengar seperti ini; “Aku baik-baik saja”, “Semuanya akan berlalu”, “Aku pasti bisa mengatasinya”, “Aku harus dapat meraihnya”, “Aku bahagia”, dan beragam pikiran positif lain lalu selangkahlah lebih maju menuju kesadaran positif. Pilihlah satu, ada begitu banyak kata hingga hitungan tak terhingga untuk dikatakan pada hati, jiwa, serta pikiran kita. Jika kita telah bahagia, perbanyaklah mencintai sesama lalu berbagilah kebahagiaan dengan orang lain. Karena satu kata bijak di sebuah film mengatakan “Kebahagiaan menjadi berharga bila dibagi” (Chris McCandles - Into the Wild).
Hiduplah selaras dengan alam dan kehidupan. Kerjakan setiap hal dengan alasan pekerjaan itu sendiri sebagai fungsi yang ingin jiwa kita penuhi, bukan karena peranan yang harus kita jalankan dengan segenap ragam latar belakang penuh kepalsuannya yang tersembunyi dalam lubuk hati kita. Pencarian kesejatian diri itu tak pernah ada ujungnya dan tak menemukan istilah malu, gengsi, atau takut. Jika tidak, itulah saat dimulainya bab ketidakbahagiaan dalam buku kehidupan. Kenalilah apa yang menjadi fokus utama dari karir yang kita jalani ini. Jujurlah atas apa yang menurut jiwa sejati kita benar dan jadilah inti sejati diri kita.


“Untuk menarik kesuksesan, anda perlu menyambutnya kapanpun anda melihatnya” (Eckhart Tolle).


Disarikan dari buku : A New Earth - Awakening to your Life’s Purpose oleh Eckhart Tolle (Dunia Baru – Bangkit Meraih Tujuan Hidup Anda)
Other References : The Secret (Rahasia) oleh Rhonda Byrne
Thank you to Program Mario Teguh - Golden Ways (MetroTV)
Into the Wild (A movie of Chris McCandles)
The tetralogy of Laskar Pelangi by Andrea Hirata

Doa Seorang Awam Doa (A prayer to an ordinary)

Allah, biarkan aku berdoa,
Yang itu-itu saja
Allah, biarkan aku berdoa
Semua yang ingin ku sampaikan
Allah, Biarkan aku berdoa
Sebab aku merasa kuat karenanya

Allah, biarkan aku berdoa,
Kisahkan semua ceritaku
Keluhkan setiap emosiku
Membagi kebahagianku
Menceritakan mimpiku

Allah, biarkan aku,
Berdoa sepanjang-panjangnya
Karena hatiku yang selalu dirundung cemas
Dihantui gelisah
Dilimpahi takut ini
Mencari ketenangannya

Seseorang pernah berkata,
Doaku terlalu panjang
Kemudian dia pun berujar,
Hingga malaikat merasa bosan mendengarkan
Allah, aku malu…
Di saat yang sama akupun pilu…
Karena aku takut,
Kau yang jadi tempatku mengadu, juga
Malaikat-malaikat yang membawa cahaya doa-doaku
Menjadi bosan karena itu

Biarlah Ya Allah,
Aku dengan segenap kecemasanku
Dengan seluruh kekuranganku
Bersama setiap kelemahanku
Bersandar padamu lewat doa-doa panjang itu
Karena aku tak percaya cintaMu yang begitu besar,
Dan kebaikan para Malaikat yang Kau sucikan,
Menjadikan doa-doaku terdengar membosankan.

Whoever you are, who has told everyone who read your writing, you must know that while you do that, you have easily broken every single heart that depend on it. I just know one thing that He always tells me to come to Him and pray whenever I want unconditionally. The most important of all is that He loves us no matter what. Praise Him, Allah the Lord.

Baby Blues Syndrom (Sindrom Bayi Biru)


Sindrom baby blues atau postpartum syndrome, pada umumnya masih asing di kalangan masyarakat luas di Indonesia. Di dunia barat sindrom ini diperkenalkan semenjak tahun 80an. Sindrom baby blues adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi pada para wanita yang baru saja melahirkan yang berlangsung setelah 2/3 hari paska persalinan dan biasanya akan berakhir setelah dua atau tiga minggu kemudian. Kondisi psikologis ini menyebabkan para ibu muda paska melahirkan mengalami depresi dan memiliki kecenderungan untuk menjauhi bayi mereka alih-alih memberi perhatian seperti layaknya yang dilakukan para ibu secara luas meskipun terdapat kasus lainnya dimana sang ibu malah menjadi terlalu perhatian atau over protective terhadap bayinya. Kecenderungan ini dapat terjadi karena berbagai faktor baik yang datangnya dari dalam ataupun dari luar si ibu sendiri. Sebuah penelitian membuktikan bahwa sindrom baby blues terjadi pada 2 dari 1000 wanita di AS. Dan diperkirakan sekitar 50-70% wanita di seluruh dunia mengalami sindrom ini setelah melewati masa persalinan.
Oleh karena itu setiap melihat gejala ini janganlah langsung memberi penilaian buruk terhadap seorang wanita paska melahirkan yang nampak kurang memberi perhatian pada bayinya. Namun kita tetap harus memiliki pengamatan yang cermat atas kondisi ini agar tidak salah kaprah dalam mengartikan ragam kondisi yang kita temui. Baiknya dimulai dengan memahami terlebih dahulu apakah baby blues syndrome itu dan apa yang menyebabkannya. Baby blues syndrome adalah suatu kondisi tidak menentu pada wanita yang baru saja melahirkan. Kondisi tidak menentu ini umumnya dalam bentuk gejala-gejala seperti sedih, gelisah, takut, murung, sering menangis dan tidak tahu penyebabnya, mengalami kesulitan tidur atau tidur berlebihan, gampang lelah, mudah marah, kesepian, khawatir terhadap bayi secara berlebihan, kurang percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang ibu, perasaan bersalah atau tidak berharga, juga naik atau turunnya berat badan secara drastis akibat stress yang mempengaruhi pola makan normal. Terdapat beberapa ragam sikap penolakan oleh seorang ibu dengan gejala postpartum syndrome. Ragam sikap ini dapat berupa menolak untuk memberi ASI, menimang, memeluk, mencium bahkan memandang. Sindrom ini membuat wanita yang mengalaminya akan mencari alasan apapun yang dapat menjauhkan mereka dari bayinya secara ringan sampai ekstrem. Bahkan dalam beberapa kasus bisa lebih jauh lagi. Ketika depresi pospartum syndrome yang tidak ditangani berubah menjadi depresi pospartum psycosis, ia mengarah kepada gangguan kelainan jiwa dimana penderitanya bahkan sampai mengalami delusi dan ragam pemikiran tidak irasional. Jika telah sampai pada tahap ini maka yang harus diwaspadai adalah bahaya yang mungkin akan mengancam keselamatan baik bayi ataupun juga ibunya. Namun kondisi sang ibu yang secara mental sedang kurang baik menjadikannya sulit untuk dipersalahkan. Pemahaman serta perhatian kita sangatlah membantu agar mereka dapat keluar dari kondisi yang menyiksa bathin mereka ini. Karena secara naluriah tak ada satu orang pun ibu yang ingin menjauhi bayinya.
Apa yang menyebabkan munculnya sindrom ini? Sebagaimana diungkapkan oleh dr. Budi Santoso, SPOG dari Devisi Fertiliti Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi RSU. Dr. Soetomo. Menurut dr. Budi, Baby Blues Syndrome terjadi karena tubuh sedang mengadakan perubahan fisikal yang besar setelah kegiatan melahirkan. Lebih dari itu hormon-hormon dalam tubuh juga akan mengalami perubahan besar pada  proses persalinan melelahkan. Sementara para ahli meyakini terdapat empat faktor besar yang memicu munculnya sindrom tersebut. Faktor pertama adalah faktor hormonal. Semenjak seorang wanita mengalami kehamilan maka tubuhpun mengalami perubahan hormonal serta fisik yang semakin menguat seiring proses persalian yang melelahkan. Hormon yang disebut sebagai hormon kortisol (hormon pemicu stress) pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang sedang mengalami depresi. Perubahan hormonal dan fisik inilah yang mempengaruhi kondisi mental sang ibu. Kedua adanya faktor fisik yakni kelelahan seperti; kehamilan tidak alami yang melelahkan akibat proses inseminasi buatan seperti bayi tabung, masa kehamilan menyakitkan yang diiringi menurunnya kondisi kesehatan sang ibu di mana ia menjadi sering jatuh sakit atau kelelahan karena aktivitas pengasuhan bayi paska melahirkan. Ketiga, trauma psikologis yaitu pernah mengalami satu atau beberapa kali keguguran pada kehamilan sebelumnya, hamil yang tidak diinginkan akibat perkosaan, menikah secara terpaksa atau kecewa pada penampilan fisik bayi yang kurang sempurna adalah contoh lainnya. Keempat, faktor sosial akibat perasaan kesepian, kurang perhatian, serta terisolir dari orang-orang dekat atau lingkungan karena hanya fokus pada si bayi. Tahukah anda bahwa baby blues syndrome yang tidak tertangani bukan hanya memberi dampak pada sang ibu, tetapi juga pada si bayi? Depresi serta stress berimbas pada penolakan sang ibu terhadap bayinya. Penolakan terus-menerus yang dirasakan oleh bayi ini dapat mempengaruhi perkembangan jiwa dimana bayi tumbuh menjadi anak yang mudah sakit, murung, rewel, suka menangis, sensitif, sekaligus pencemas.
Sebuah kasus yang pernah terjadi pada model papan atas Brook Shield akan memberi kita sedikit gambaran atas bagaimana sintuasi ini berkembang. Setelah menikah Brooke Shield mengalami beberapa kali kehamilan namun selalu diiringi oleh peristiwa keguguran, akhirnya Brook Shield dan suaminya berkonsultasi kepada dokter dan memutuskan untuk memiliki anak melalui inseminasi buatan atau bayi tabung. Ini kemudian menjadi suatu proses kehamilan yang luar biasa melelahkan bagi wanita itu. Meskipun ia sangat bahagia dengan kehamilannya, tapi hari-hari yang harus ia jalani tidaklah mudah. Ia seringkali tidak sehat serta harus bolak-balik antara rumahnya dan klinik perawatan demi menjaga agar kehamilannya dapat bertahan. Masa-masa ini membuat kondisi fisik dan mentalnya melemah. Paska melahirkan Brook Shield menolak untuk menyentuh putrinya, ia menyalahkan bayinya atas kepayahan serta kesulitan yang ia hadapi selama atau sesudah kehamilan serta pada saat proses melahirkan. Alhasil suaminyalah yang harus menjaga serta merawat putri mereka.
Bagaimana cara menanganinya serta bantuan apa yang dapat diberikan kepada mereka yang mengalami sindrom baby blues? Kenali gejalanya sebelum dan sesusah melahirkan, karena tanda-tandanya bisa jadi telah muncul di tengah masa kehamilan. Kecemasan yang berlebihan terhadap keselamatan diri dan bayi serta perubahan fisik yang cepat pada diri ibu hamil patut menjadi perhatian sedini mungkin. Terdapat beberapa langkah yang perlu diambil sebelum dan sesudah kelahiran.
Langkah sebelum; pertama, menjaga pola makan serta gaya hidup teratur dan seimbang selama hamil. Kedua, jauhkan diri anda dari berbagai tekanan dengan melakukan kegiatan yang dapat membuat anda menjadi rileks serta tenang, anda juga perlu beristirahat yang cukup. Ketiga, berkonsultasilah pada dokter atau bidan anda tentang kehamilan anda, ini dapat mencegah sedari dini. Terakhir, berbagi dengan orang-orang terdekat serta tingkatkan informasi pengetahuan anda dan suami tentang penanganan masalah yang sedang anda hadapi.
Langkah sesudah; satu, mintalah bantuan sesegera mungkin kepada dokter ketika anda mengenali gejalanya sehingga anda mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Dua, biarkan orang lain membantu untuk mengurangi beban anda dalam mengurus keluarga atau bayi anda pada saat atau sesudah melahirkan agar anda lebih santai. Tiga, bagi perasaan, pengalaman, dan informasi yang anda miliki dengan suami, keluarga, atau sahabat agar anda tidak merasa sendiri. Empat, tidurlah yang cukup dan selalu sempatkan diri untuk beristirahat kapan saja ada waktu luang. Terakhir, hindari jenis makanan dengan kadar kafein serta gula karena terbukti bisa meningkatkan depresi, perbanyak mengkonsumsi makanan bergizi baik untuk membantu memulihkan kondisi anda dengan cepat.
Psikolog Ida Purnomo Sidhi menyatakan bahwa sindrom baby blues sebenarnya jika ditangani dengan baik tidak akan menimbulkan masalah. Jika mendapati perasaan yang tidak menentu paska melahirkan, segeralah berkonsultasi pada dokter untuk menentukan apakah anda memang tengah mengalami postpartum syndrome atau tidak sehingga anda bisa mendapatkan penanganan serta terapi yang tepat sedini mungkin.

kakak favorit


Yulika Satria Daya might hardly imagine that the decision he made in 2000 would change his life forever. He began his advance study at the Poly-technique of Bandung Technological Institute (ITB), majoring Electro Technique. The young man whose nick name is Daya was born in Teluk Betung, June 5th 1979 of Lampung province, well known as a smart and intelligent figure since his early age. He had his first interest in journalism since the first year of his study at ITB in 1998, fortunately, as the same time when his country was facing a radical changing.
In 1997, the monetary issue had swallowed Indonesia into a great depression and faced the government of this country to a force of reformation where a wider democracy demanded. The capitol, Jakarta, swept into massive demonstrations and anarchism everywhere. The fall of the first person who had ruled this country for the last thirty years a long has given a chance to its press’ media onto a wider independency. Televisions, newspapers, radios, all reported the same news’, demonstrations and the wave of anarchism that would still happen for the years ahead. And one day the young Yulika Satria Daya was so impressed to a TV reporter who was reporting a live news on television of May tragedy in 1998, he began to imagine that the reporter was him self.
This freshman finally required two years to assure him self that journalism is the way of life he always desires. After studied for about four semesters at ITB, Daya decided to pursue his passion and settled his study to Padjajaran University which is also in Bandung, majoring Journalism at the Faculty of Communication. He started once more as a freshman in 2000 and proudly graduated with suma cumalaude in 2004.
Nevertheless, a great decision also leads to a great impact. Surely follow to his heart call to journalism has given him such a massive change on his life, something which probably would not happen if he decided to hold on his status as the student of Electro Technique Department. This reporter who was born as the first child of four siblings whom all boys began his broadcasting professional career at a local TV station in Jakarta, DaAi TV on May 2006 as the reporter for ASEAN highlights, DaAi World News, DaAi Mata Hati
and Volunteer’s World. During the time he also followed to journalism training for natural disaster which held by ICRC and PMI. It has given him such a great advantage for his duty as a specialist of natural disaster reporter. He had reported several natural disasters such as; Yogyakarta’s and Mandailing Natal’s earth quakes, Pangandaran’s Tsunami, Langkat’s and Tamiang Aceh’s flood. Next, he was given a chance to have a full grant to enter a journalism training “Making TV News” held by Reuters Foundation in London, United Kingdom.
Since he joined into one of national television in Indonesia, tvOne Current Affairs Division in 2008, a travelling program in this station where he becomes the host reporter, “Backpacker”, has entered Yulika Satria Daya into the highest popularity he could ever imagine among his fanatic fans in Indonesia. This charming and lovely reporter is very popular with his slogan “ASIKIN AJA!” as no other reporters say it but him. Backpacker is tvOne’s best program that serves information
of tourism places around the world with the cheapest budgets as most backpackers often do. More than that, this program also serves about the historical background, local culture, society, and other related information of every single places which visited to its viewers rather than just having fun with travelling. Backpacker is a program that combining the aspect of entertainment with the knowledge of history, sociology, and anthropology. Backpacker is such an educative entertainment program.
Due to his success with Backpacker, one more program relates to religious theme he has worked on for the Ramadan’s special program. It has started to launch on June 2009 which is not far different with Backpacker exceptionally on its Islamic point of view. This program brings the viewers to find out more about the history of Islam and its spread from the countries abroad. Jejak Islam has famed his name wider for the religious character and personality he always
shows have attracted some more of his huge viewers to be his fans whom mostly of them are women.
Yulika, as many of his fans use to call him or Daya, as he always mentions his name, being loved and adored by his fans not merely on his physical appearance. He is the symbol of tvOne’s Backpacker program; some of his fans even say that he is “The Mascot”. His tremendous popularity maybe comes from his natural of a down to earth, low profile, simple, intelligent, educated, and religious manners which distinguish him from any other host reporters alike. Daya’s maturity and natural sense of humour that often showed when he hosts his program are other distinctions from him. Those are some significant characteristics that whether a reporter or a host show must have in order not only either loved or adored but also honoured by the public viewers. Daya seemed has reached his own success based on the above characteristics that belong to him and makes him as one of the most influential TV reporter today. And his achievement might similar him to one of his favourite comic character, Tintin, who is also a journalist and travelling around the world.
Furthermore, recently Yulika Satria Daya has become such a great inspiration to mostly of his young and adult fans in Indonesia, due to his life story and journey. It is proved that his influence has beyond the success of Backpacker itself. Today, the great chance and experiences to around the world that have come to him for the faith he had to his dream ten years ago have also growth the same courage and inspiration among his admirers’ hearts to chase their own dreams. For Daya is a figure who loves challenge, he considers that impossible is nothing, this is which regarded the most by his fans.
In everyday living, he always believes that relation ship does not lay on the quantity but quality. That is why the intimacy between him and the people around him is the most important aspect in his life. He has a huge concern to the social issues around him which had also encouraged him to be a journalist. He regards literature and delights poem, music, movie, travelling, and football. Indeed, Organisation and discussion are sorts of his hobbies too.
Chairil Anwar, Harry Roesly, and Remy Silado are some of his attached writers who influence him a lot. While Tin-tin by a Belgium author, Herge, and a French novelist René Goscinny 's Asterix are his favourite fictions. He also fills his comical side by reading Doraemon by Fujiko F. Fujio.
Get in touch more with Yulika Satria Daya personally through Facebook with the keyword Yulika Satria Daya and be one of his thousands fans, also join BackpackertvOne group in the Facebook community. Visit his blog at http://backpakertvOne-Yulikasatriadaya.blogger.com.

Ramalan sebagai sebuah Sugesti (prophecy as a suggestion)

Apa itu ramalan? Menurut kamus ramalan adalah pernyataan tentang sesuatu hal yang akan terjadi di masa depan. Ia bersifat prediktif atau menebak-nebak kepada peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Karena ia adalah tebakan maka kepastiannya jelas meragukan serta harus dipertanyakan. Tapi kenapa begitu banyak manusia terutama di masa kini yang sangat menyukai ramalan bahkan adapula yang menggantungkan hidupnya pada ramalan meskipun ramalan sebenarnya adalah sebuah produk budaya masa lampau (Jahiliyah*). Apa yang teramat menarik dari ramalan?
Sejak awal penciptaannya, manusia telah dibekali oleh Tuhan sebuah akal. Akal yang akan menuntun manusia untuk bertahan hidup serta mencapai peradaban tertingginya di hari ini. Akal pulalah yang membentuk manusia agar memiliki keingintahuan yang luas terhadap ilmu pengetahuan termasuk pengetahuan tentang masa depan. Namun sejarah telah membuktikan, baik secara religius ataupun non-religius bahwa keingintahuan yang tidak sehat cenderung menyesatkan alih-alih mencerahkan bagi kehidupan manusia, karena membuat manusia jauh dari Penciptanya. Rasa ingin tahu yang telah dianugerahkan kepada manusia oleh Tuhan ini seharusnya dialirkan secara positif. Ada begitu banyak rasa keingintahuan tidak sehat dalam diri manusia, dan ramalan adalah salah satunya. Terlepas dari sifat-sifat positif atau negatif, ramalan adalah keingintahuan yang dimanfaatkan secara kurang bertanggung jawab.
Bagi kita yang percaya dan sepenuhnya yakin bahwa tidak satupun yang mengetahui segala hal yang telah atau akan terjadi lebih baik daripada Tuhan sendiri, mestinya tidak akan dengan mudah percaya begitu saja pada ramalan. Kita senantiasa meyakini bahwa Tuhan menyampaikan pengetahuanNya kepada kita melalui kaidah-kaidah yang baik. Bukan hanya dari segi keyakinan saja tapi juga dari segi logika, ramalan jauh dari masuk akal. Langsung atau tidak, banyak manusia memanfaatkan ramalan demi egoisme kepentingan pribadi maupun golongan semata. Beberapa ramalan sebenarnya bahkan telah mengambil bentuk dari berbagai ilmu pengetahuan seperti psikologi serta filsafat. Namun seringnya manusia malah mengesampingkan fakta-fakta penting ini dan secara semena-mena membuat pengakuan bahwa penglihatannya sematalah yang memberikannya kemampuan untuk melihat massa depan. Bukankah Tuhan berkuasa untuk mengubah takdir manusia semudah kita mengedipkan mata? Ramalan adalah salah satu bentuk syirik* yang paling nyata.
Terkadang kita tidak memerlukan bentuk ramalan besar yang sifatnya tertulis di atas prasasti suci, dalam mimpi subuh hari atau dari gurat-gurat halus pada telapak tangan. Ia bisa saja muncul dalam bentuk hal-hal yang paling sepele sekalipun di keseharian kita. Contohnya, pernahkah kita mendengar tentang pantang ini atau pantang itu, pamali ini pamali itu? Bisa juga mitos-mitos seperti kalau anak gadis duduk di depan pintu maka akan lambat jodohnya, atau kalau orang berasi libra yang memiliki lambang timbangan maka ia adalah orang yang penuh pertimbangan dalam hidupnya serta senantiasa bersikap adil. Semua itu adalah ragam-ragam ramalan, suka atau tidak kita harus mengakuinya seperti itu. Manusia yang demikian sungguhnya sedang mencoba menyatakan sesuatu mendahului takdir serta pengetahuan Tuhan. Tuhan membagi pengetahuanNya yang terbesar tentang masa depan hanya kepada Orang-orang yang diinginkanNya, yang mana tidak bertujuan demi kepentingan pribadi atau golongan. Dalam konteks religius kita tidak meyakini pengetahuan masa depan ini sebagai ramalan melainkan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan wahyu. Wahyu dalam keyakinan Islam turun terakhir kali kepada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi penutup. Juga kisah tentang Nabi Yusuf mengenalkan kita pada istilah tafsir mimpi yang masih ada hubungannya dengan wahyu. Tafsir memiliki pengertian yang berbeda dengan ramal. Tafsir erat dengan sifat interpretatif alih-alih prediktatif, yang mana tujuannya menterjemahkan kepada hal yang dirasa dekat dengan kejadian yang ada layaknya menterjemahkan suatu bahasa ke bahasa lainnya. Contoh, mitos tradisional kebudayaan masyarakat Jawa yang berkembang tentang anak gadis yang suka duduk di depan pintu akan lambat jodoh bisa kita lihat dari sudut pandang prediktatif atau interpretatif. Secara prediktatif selama ini mitos tersebut seolah memberi kekuatan hukum sekaligus doa mustajab pada masa depan si gadis kelak. Padahal logika interpretatifnya ini hanya melulu berkaitan dengan masalah tatakrama. Jika anak gadis suka duduk di depan pintu bermakna pria yang melihatnya akan menganggap ia kurang beradat lalu mejauhinya. Sudut pandang interpretasi logis ini lantas tidak mutlak menjadikan si gadis bernasib demikian. Namun berbeda dengan ramalan yang senantiasa menekankan bahwa prediksi yang dibuat berkekuatan absolut.
Sebagai gambaran bagaimana ramalan berperan sebagai sugesti* pada kasus pertama; karena si anak gadis yang suka duduk di depan pintu ini seringkali dikatakan akan lambat jodoh maka lama-kelamaan hal tersebut merasuk ke dalam pikirannya. Hal yang telah lama tertanam ini lalu membentuk suatu pola pikir akan sudut pandang si anak gadis terhadap dirinya sendiri. Ini memberi pengaruh terhadap sikap kesehariannya dalam pergaulan secara umum dan khususnya dengan lawan jenis. Tanpa disadari atau tidak, sugesti akibat mitos tersebut menciptakan rasa percaya diri yang rendah terhadap lawan jenis karena ia mulai meyakini bahwa ia memiliki kemungkinan yang besar untuk tidak menemukan jodohnya dalam waktu dekat atau umurnya yang muda. Lain lagi dengan si orang berbintang libra. Karena dikatakan oleh ramalannya bahwa ia adalah orang yang penuh pertimbangan serta adil maka itu membawa sugesti bagi dirinya bahwa ia memang demikian lalu berusaha bertindak sesuai yang diketahui. Perlu diingat bahwa sugesti memiliki dampak psikologis serta peran yang signifikan untuk mempengaruhi dengan hasil jauh lebih besar daripada jenis pengaruh lainnya.
Ada begitu banyak cerita yang berhubungan dengan ramalan, kebanyakannya hanya berlatar belakang atau berhubungan dengan kisah fiksi semacam dongeng, legenda atau mitos. Sungguh ironis bagi kita bila mau melihat pada fakta ini. Di sebuah serial televisi Korea bertema sejarah, “The Great Queen Seon Deok”*, ramalan yang diceritakan menjadi awal mula konflik ternyata hanyalah karangan sang musuh antagonis belaka. Ini adalah semacam contoh yang sangat menarik betapa ramalan tidak pernah benar-benar mendapatkan tempat dalam sejarah. Sebuah pengertian unik berasal dari satu buku fiksi anak-anak karangan J. K Rowling berjudul Harry Potter* mengatakan bahwa ramalan adalah salah satu cabang ilmu gaib yang paling tidak pasti bahkan dalam dunia sihir sekalipun. Meskipun kisah The Great Queen Seon Deok yang berlatar belakang sejarah sedikit absurd* atau petualangan Harry Potter berlatar belakang dunia sihir yang kita kenal sebagai fiks*i, namun masing-masingnya memiliki pemahaman yang baik mengenai masalah ini. Dalam dunia tempat tinggal Harry Potter di mana segala hal hanya bergantung pada ayunan tongkat semata, kerja keras demi masa depan yang cerah di dunia sihir tetaplah yang utama daripada menggantungkan diri pada ramalan. Itulah sebab kenapa peramal sejati hampir tidak ada dan jika muncul ramalan baru maka ramalan itu harus disimpan serta dijaga kerahasiannya dari penggunaan yang tidak bertanggung jawab dan bukan merupakan sebuah acuan. Meskipun pada akhirnya Voldemort dan juga Harry harus bertindak saling memusnahkan sesuai dengan ramalan yang ada, namun awalnya Voldemort memilih menentukan jalan hidupnya sendiri dengan merealisasikan isi ramalan yang diketahuinya lewat tindakan.
Alkisah, Voldemort si Jahat harus membunuh seorang anak lelaki yang lahir pada matinya bulan ke tujuh dari orang tua yang pernah menantangnya sebanyak tiga kali jika ia ingin tetap berkuasa. Ia nantinya akan menandai anak itu sebagai musuh sekaligus tandingannya. Karena ia hanya mendengar setengah dari ramalan tersebut maka ia tidak mengetahui kalau ada dua anak laki-laki dari dua keluarga penyihir berbeda yang memiliki kriteria sama persis yang berarti pilihannya bisa jadi antara membunuh Harry Potter atau Neville Longbottom. Atas pertimbangan tertentu yang terburu-buru Voldemort kemudian menyerang Harry Potter yang masih bayi. Ia memusnahkan kedua orangtuanya, James dan Lily. Harry selamat karena kutukan itu malah berbalik menyerang Voldemort sendiri. Saat dewasa baik Harry maupun Neville tumbuh menjadi dua pribadi yang sepenuhnya berbeda. Andaikan ia mau menunggu untuk memahami dan mempelajari isi ramalan itu dari segi keuntungan dan kerugian daripada menuruti kata hatinya, ia akan tahu tentang kemungkinan membunuh anak yang mana yang lebih besar. Kalau sudah begini mungkin ia akan lebih senang memilih Neville Longbottom yang secara pribadi lebih mudah untuk dikalahkan. Atau juga ia bisa memilih untuk tidak membunuh anak laki-laki manapun dan menghindari resiko memberi salah satu dari mereka kesempatan menjadi tandingannya, mencegahnya dari kehilangan kekuatan juga kekuasaan. Kemungkinan kedua ini akan membuat takdirnya menjadi lain. Begitu banyak hal yang bisa ia pertimbangkan andai saja ia tidak memilih untuk menuruti ramalan tersebut dan menggunakan sedikit saja dari logikanya. Kesalahan ini menyebabkan kekalahan terbesar yang pernah ia dapat dan mengubah hidupnya selamanya. Inilah yang dimaksud dengan ramalan sebagai sebuah sugesti. Kenapa? Ramalan seringkali mendorong manusia yang menaruh kepercayaan baik sedikit atau banyak kepadanya untuk kemudian melakukan hal sesuai yang dikatakan isi ramalan tersebut. Walau hanya kisah fiksi, tapi Voldemort memberi kita gambaran yang jelas tentang sosok yang berbuat lalai akibat bergantung pada ramalan. Kita menjadikan nyata ramalan yang kita baca karena mengaplikasikannya. Mari kita tilik ke dalam hati kita yang paling dalam.
Kita memahami bahwa ramalan adalah usaha manusia untuk menciptakan pengetahuan tentang masa depannya jauh sebelum takdir yang asli terjadi. Berharap dengan mengetahui peristiwa nanti maka kita dapat mengendalikan masa depan yang tidak pasti dalam genggaman. Sebagai orang yang yakin, baik atau buruknya sebuah ramalan tentang masa depan tidak sepantasnya menjadi acuan atau sudut pandang kita dalam menjalani hidup. Yang layak kita lakukan adalah melihat pada fakta yang ada hari ini lalu berbuat yang terbaik sekarang agar esok juga baik. Bagi kita yang mencintai tantangan, maka apapun hasilnya hari esok adalah tantangan yang harus ditaklukkan. Bukankah keindahan dari hidup sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa adalah mengetahui bahwa kita telah berhasil mengatasi kesulitan serta tantangan hidup yang datang pada kita? Hari ini kita berada dalam kepayahan, hari ini juga kita harus berbuat sesuatu supaya esok kesulitan terlampaui, dan saat semuanya lewat, kejutan kita adalah kepuasan karena telah berhasil melaluinya dengan baik atas hidup yang sepenuhnya kita pasrahkan kepadaNya apapun yang akan terjadi. Itulah indahnya hidup yang jauh dari ramalan, ia membuat kita menjadi sosok yang lebih banyak bersyukur serta kuat baik secara fisik maupun mental. Luar biasa rasanya ketika suatu hari menemukan diri kita sebagai sosok yang jauh lebih baik, lebih spiritual, lebih kuat, lebih dewasa, lebih bijaksana, lebih matang, lebih mapan, dan sebagainya dari hari-hari yang lalu. Kematangan dalam hidup tidak diraih atas hasil yang telah diketahui sebelumnya kecuali dari belajar menghadapi serta memahami hal-hal yang benar-benar baru dalam hidup kita. Ada kata-kata bijak yang berbunyi “Keberhasilan bukanlah hasil akhir kecuali ia merupakan sebuah proses”. Begitu banyak jenis sugesti positif lain yang tidak menuntut kita untuk bergantung pada ramalan. Mario Teguh pernah mengucapkan kalimat yang sangat baik, Ia berkata bahwa dengan percaya pada ramalan, mitos, serta takhyul, sebenarnya kita tengah menjadikan diri kita lemah.