Rabu, 10 Februari 2010
Baby Blues Syndrom (Sindrom Bayi Biru)
Sindrom baby blues atau postpartum syndrome, pada umumnya masih asing di kalangan masyarakat luas di Indonesia. Di dunia barat sindrom ini diperkenalkan semenjak tahun 80an. Sindrom baby blues adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi pada para wanita yang baru saja melahirkan yang berlangsung setelah 2/3 hari paska persalinan dan biasanya akan berakhir setelah dua atau tiga minggu kemudian. Kondisi psikologis ini menyebabkan para ibu muda paska melahirkan mengalami depresi dan memiliki kecenderungan untuk menjauhi bayi mereka alih-alih memberi perhatian seperti layaknya yang dilakukan para ibu secara luas meskipun terdapat kasus lainnya dimana sang ibu malah menjadi terlalu perhatian atau over protective terhadap bayinya. Kecenderungan ini dapat terjadi karena berbagai faktor baik yang datangnya dari dalam ataupun dari luar si ibu sendiri. Sebuah penelitian membuktikan bahwa sindrom baby blues terjadi pada 2 dari 1000 wanita di AS. Dan diperkirakan sekitar 50-70% wanita di seluruh dunia mengalami sindrom ini setelah melewati masa persalinan.
Oleh karena itu setiap melihat gejala ini janganlah langsung memberi penilaian buruk terhadap seorang wanita paska melahirkan yang nampak kurang memberi perhatian pada bayinya. Namun kita tetap harus memiliki pengamatan yang cermat atas kondisi ini agar tidak salah kaprah dalam mengartikan ragam kondisi yang kita temui. Baiknya dimulai dengan memahami terlebih dahulu apakah baby blues syndrome itu dan apa yang menyebabkannya. Baby blues syndrome adalah suatu kondisi tidak menentu pada wanita yang baru saja melahirkan. Kondisi tidak menentu ini umumnya dalam bentuk gejala-gejala seperti sedih, gelisah, takut, murung, sering menangis dan tidak tahu penyebabnya, mengalami kesulitan tidur atau tidur berlebihan, gampang lelah, mudah marah, kesepian, khawatir terhadap bayi secara berlebihan, kurang percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang ibu, perasaan bersalah atau tidak berharga, juga naik atau turunnya berat badan secara drastis akibat stress yang mempengaruhi pola makan normal. Terdapat beberapa ragam sikap penolakan oleh seorang ibu dengan gejala postpartum syndrome. Ragam sikap ini dapat berupa menolak untuk memberi ASI, menimang, memeluk, mencium bahkan memandang. Sindrom ini membuat wanita yang mengalaminya akan mencari alasan apapun yang dapat menjauhkan mereka dari bayinya secara ringan sampai ekstrem. Bahkan dalam beberapa kasus bisa lebih jauh lagi. Ketika depresi pospartum syndrome yang tidak ditangani berubah menjadi depresi pospartum psycosis, ia mengarah kepada gangguan kelainan jiwa dimana penderitanya bahkan sampai mengalami delusi dan ragam pemikiran tidak irasional. Jika telah sampai pada tahap ini maka yang harus diwaspadai adalah bahaya yang mungkin akan mengancam keselamatan baik bayi ataupun juga ibunya. Namun kondisi sang ibu yang secara mental sedang kurang baik menjadikannya sulit untuk dipersalahkan. Pemahaman serta perhatian kita sangatlah membantu agar mereka dapat keluar dari kondisi yang menyiksa bathin mereka ini. Karena secara naluriah tak ada satu orang pun ibu yang ingin menjauhi bayinya.
Apa yang menyebabkan munculnya sindrom ini? Sebagaimana diungkapkan oleh dr. Budi Santoso, SPOG dari Devisi Fertiliti Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi RSU. Dr. Soetomo. Menurut dr. Budi, Baby Blues Syndrome terjadi karena tubuh sedang mengadakan perubahan fisikal yang besar setelah kegiatan melahirkan. Lebih dari itu hormon-hormon dalam tubuh juga akan mengalami perubahan besar pada proses persalinan melelahkan. Sementara para ahli meyakini terdapat empat faktor besar yang memicu munculnya sindrom tersebut. Faktor pertama adalah faktor hormonal. Semenjak seorang wanita mengalami kehamilan maka tubuhpun mengalami perubahan hormonal serta fisik yang semakin menguat seiring proses persalian yang melelahkan. Hormon yang disebut sebagai hormon kortisol (hormon pemicu stress) pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang sedang mengalami depresi. Perubahan hormonal dan fisik inilah yang mempengaruhi kondisi mental sang ibu. Kedua adanya faktor fisik yakni kelelahan seperti; kehamilan tidak alami yang melelahkan akibat proses inseminasi buatan seperti bayi tabung, masa kehamilan menyakitkan yang diiringi menurunnya kondisi kesehatan sang ibu di mana ia menjadi sering jatuh sakit atau kelelahan karena aktivitas pengasuhan bayi paska melahirkan. Ketiga, trauma psikologis yaitu pernah mengalami satu atau beberapa kali keguguran pada kehamilan sebelumnya, hamil yang tidak diinginkan akibat perkosaan, menikah secara terpaksa atau kecewa pada penampilan fisik bayi yang kurang sempurna adalah contoh lainnya. Keempat, faktor sosial akibat perasaan kesepian, kurang perhatian, serta terisolir dari orang-orang dekat atau lingkungan karena hanya fokus pada si bayi. Tahukah anda bahwa baby blues syndrome yang tidak tertangani bukan hanya memberi dampak pada sang ibu, tetapi juga pada si bayi? Depresi serta stress berimbas pada penolakan sang ibu terhadap bayinya. Penolakan terus-menerus yang dirasakan oleh bayi ini dapat mempengaruhi perkembangan jiwa dimana bayi tumbuh menjadi anak yang mudah sakit, murung, rewel, suka menangis, sensitif, sekaligus pencemas.
Sebuah kasus yang pernah terjadi pada model papan atas Brook Shield akan memberi kita sedikit gambaran atas bagaimana sintuasi ini berkembang. Setelah menikah Brooke Shield mengalami beberapa kali kehamilan namun selalu diiringi oleh peristiwa keguguran, akhirnya Brook Shield dan suaminya berkonsultasi kepada dokter dan memutuskan untuk memiliki anak melalui inseminasi buatan atau bayi tabung. Ini kemudian menjadi suatu proses kehamilan yang luar biasa melelahkan bagi wanita itu. Meskipun ia sangat bahagia dengan kehamilannya, tapi hari-hari yang harus ia jalani tidaklah mudah. Ia seringkali tidak sehat serta harus bolak-balik antara rumahnya dan klinik perawatan demi menjaga agar kehamilannya dapat bertahan. Masa-masa ini membuat kondisi fisik dan mentalnya melemah. Paska melahirkan Brook Shield menolak untuk menyentuh putrinya, ia menyalahkan bayinya atas kepayahan serta kesulitan yang ia hadapi selama atau sesudah kehamilan serta pada saat proses melahirkan. Alhasil suaminyalah yang harus menjaga serta merawat putri mereka.
Bagaimana cara menanganinya serta bantuan apa yang dapat diberikan kepada mereka yang mengalami sindrom baby blues? Kenali gejalanya sebelum dan sesusah melahirkan, karena tanda-tandanya bisa jadi telah muncul di tengah masa kehamilan. Kecemasan yang berlebihan terhadap keselamatan diri dan bayi serta perubahan fisik yang cepat pada diri ibu hamil patut menjadi perhatian sedini mungkin. Terdapat beberapa langkah yang perlu diambil sebelum dan sesudah kelahiran.
Langkah sebelum; pertama, menjaga pola makan serta gaya hidup teratur dan seimbang selama hamil. Kedua, jauhkan diri anda dari berbagai tekanan dengan melakukan kegiatan yang dapat membuat anda menjadi rileks serta tenang, anda juga perlu beristirahat yang cukup. Ketiga, berkonsultasilah pada dokter atau bidan anda tentang kehamilan anda, ini dapat mencegah sedari dini. Terakhir, berbagi dengan orang-orang terdekat serta tingkatkan informasi pengetahuan anda dan suami tentang penanganan masalah yang sedang anda hadapi.
Langkah sesudah; satu, mintalah bantuan sesegera mungkin kepada dokter ketika anda mengenali gejalanya sehingga anda mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Dua, biarkan orang lain membantu untuk mengurangi beban anda dalam mengurus keluarga atau bayi anda pada saat atau sesudah melahirkan agar anda lebih santai. Tiga, bagi perasaan, pengalaman, dan informasi yang anda miliki dengan suami, keluarga, atau sahabat agar anda tidak merasa sendiri. Empat, tidurlah yang cukup dan selalu sempatkan diri untuk beristirahat kapan saja ada waktu luang. Terakhir, hindari jenis makanan dengan kadar kafein serta gula karena terbukti bisa meningkatkan depresi, perbanyak mengkonsumsi makanan bergizi baik untuk membantu memulihkan kondisi anda dengan cepat.
Psikolog Ida Purnomo Sidhi menyatakan bahwa sindrom baby blues sebenarnya jika ditangani dengan baik tidak akan menimbulkan masalah. Jika mendapati perasaan yang tidak menentu paska melahirkan, segeralah berkonsultasi pada dokter untuk menentukan apakah anda memang tengah mengalami postpartum syndrome atau tidak sehingga anda bisa mendapatkan penanganan serta terapi yang tepat sedini mungkin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar